Semarang, Idola 92.6 FM – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang mewanti-wanti pihak sekolah agar berhati-hati saat menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM). Peringatan itu diberikan agar tidak terjadi cluster baru penularan Covid-19. Apalagi belum semua siswa mendapat vaksin Covid-19.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Muhammad Abdul Hakam, kepada wartawan, Rabu 25 Agustus 2021. Menurut Abdul Hakam, pihaknya menekankan, pihak sekolah harus memastikan penerapan protokol kesehatan dilakukan dengan ketat saat menggelar PTM. Mengingat, jumlah pelajar yang sudah menerima vaksin Covid-19 sementara ini, baru sekitar 22 ribu pelajar atau 14,31 persen dari total 156 ribu pelajar di Kota Semarang.
“22.137 pelajar atau sekitar 14,31 persen. Yang kedua, sudah 9.976 pelajar atau 6,45 persen. Alhamdulillah. Memang, vaksinasi untuk pelajar ada porsi sendiri. Dan, kemarin kami juga dibantu BIN dalam vaksinasi pada pelajar,” kata Muhammad Abdul Hakam.
Muhammad Abdul Hakam khawatir, pelaksanaan pembelajaran tatap muka di tengah masih minimnya kesiapan pihak sekolah, bisa memicu kenaikan kasus Covid-19 di Kota Semarang. Untuk itu, ia berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Semarang agar ekstra berhati-hati dan mempertimbangkan kembali penerapan PTM. Ia menyarankan, pelaksanaan PTM ditunda terlebih dahulu sampai kota Semarang berstatus zona hijau.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Semarang menyatakan siap menerapkan PTM dalam waktu dekat mulai dari tingkat SD hingga SMP. Pelaksanaan PTM akan dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. Hal itu berlaku bagi sekolah yang sudah siap menerapkan prokes ketat di lingkungan sekolah. Hal ini seiring dengan turunnya status level PPKM Kota Semarang menjadi level 3 dari sebelumnya level 4.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyatakan, protokol kesehatan akan tetap dijalankan saat pembelajaran tatap muka berlangsung. Termasuk, pembatasan siswa maksimal 50 persen dari kapasitas kelas.
“Pendidikan tatap muka memang di level 3 dimungkinkan. Tapi, tentu saja dengan kriteria pembatasan yang sangat ketat. Artinya, bahwa clue-nya diperbolehkan, saya sudah sampaikan ke Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang. Perwal kita terkait dengan PPKM juga sudah menyebutkan itu. Tinggal nanti Pak Gun (Gunawan Saptogiri-Red), selaku Kepala Dinas Pendidikan nanti barangkali bisa memulai dari beberapa sekolah yang sudah siap,” ujar Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga meminta kabupaten/kota tidak sembarangan menggelar pembelajaran tatap muka. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyatakan, semua pihak harus izin terlebih dahulu ke Provinsi Jateng jika hendak menggelar pembelajaran tatap muka di daerahnya masing-masing.
Untuk itu, Gubernur dalam waktu dekat akan membuat surat edaran kepada bupati/ wali kota di Jateng terkait pembelajaran tatap muka. Surat edaran itu diterbitkan agar pelaksanaan pembelajaran tatap muka tidak asal-asalan. Beberapa hal mesti diperhatikan seperti protokol kesehatan, prosedur pelaksanaan, dan peralatan-peralatan penunjang prokes memadai.
Seperti diberitakan, sejumlah daerah telah mulai menerapkan uji coba pembelajaran tatap muka di tengah penerapan PPKM. Padahal, penularan virus corona di Indonesia hingga kini rata-rata per hari masih di atas sepuluh ribu kasus. Sedangkan, jumlah vaksinasi juga masih minim terutama untuk siswa sekolah.
Salah satu alasan Kemendikbudristek mempersilakan sekolah menggelar pembelajaran tatap muka adalah kekhawatiran terjadinya learning loss selama Pembelajaran Jarak Jauh.Learning loss merupakan situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis, yang terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya proses Pendidikan.
Kita berharap, pemerintah secara bijak menyikapi dilema ini. Dan, pelaksanaan PTM jika memang dilaksanakan, tidak dilakukan dengan terburu-buru. Tak cukup hanya indikator vaksinasi, namun juga kesiapan sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan secara ketat di lingkungan sekolah dan masyarakat masing-masing. Dan, tak kalah penting, memperhatikan masukan kalangan ahli epidemilogi atau juru wabah. (wid/ade/her)