Semarang, Idola 92,6 FM – BMKG Klas I Semarang menyebutkan, saat ini memasuki puncak musim hujan yang berbarengan dengan fenomena La Nina dan pergerakan atmosfer cukup ekstrem. Bahkan, beberapa wilayah di Jawa Tengah mengalami curah hujan di atas 100 milimeter setiap harinya.
Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Semarang Iis Widya Harmoko mengatakan fenomena La Nina dan juga Madden Julian Oscillation (MJO) atau fenomena gelombang atmosfer bergerak melambat, memengaruhi penambahan hujan di wilayah Jateng selama memasuki puncak musim hujan. Akibatnya, curah hujan cukup tinggi di sejumlah wilayah.
Menurutnya, beberapa wilayah selatan di Jateng juga mengalami tekanan udara rendah sehingga intensitas hujan diperkirakan semakin meningkat.
Iis menjelaskan, potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat tersebar merata di wilayah Jateng. Sehingga, daerah-daerah di dataran tinggi harus mewaspadai potensi bencana tanah longsor dan wilayah dataran rendah mengantisipasi terjadinya banjir.
“Di mana hujan yang kita rasakan dalam beberapa hari ini lumayan, dengan intensitas ringan sampai sedang dan sampai lebat. Untuk puncak musim hujan, biasanya kami hitung dalam satu bulan. Di Januari sendiri, secara umum di Jawa Tengah hujannya berkisar antara 300-500 milimeter dalam satu bulan itu normalnya. Tapi saat ini di Jawa Tengah, di atas 100 milimeter curah hujannya cukup ekstrem dalam satu hari,” kata Iis, Selasa (19/1).
Lebih lanjut Iis meminta masyarakat, agar mewaspadai bencana hidrometeorologi selama puncak musim hujan. Mulai dari banjir, tanah longsor dan angin kencang.
Sementara itu Gubernur Ganjar Pranowo meminta semua daerah, agar bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi memasuki puncak musim hujan ini. Seluruh personel BPBD yang ada di kabupaten/kota, diminta melakukan pemeriksaan kesiapan peralatan dan kelengkapan kebencanaan serta kesiapan tanda peringatan dini.
Menurut Ganjar, kepala daerah masing-masing kabupaten/kota harus mampu membuat kebijakan untuk menyelamatkan masyarakatnya.
“Karena sekarang cuaca lagi bergerak sangat turbulance begitu, kira-kira tiga hari ke depan juga cuacanya enggak bagus. Maka, semuanya kita minta standby. Apalagi, daerah-daerah yang punya potensi kerawanan bencana kita minta untuk standby. Selamatkan dulu masyarakatnya terus kemudian peringatan dininya disiapkan,” ujar Ganjar.
Lebih lanjut Ganjar juga meminta, agar tempat pengungsian yang akan disiapkan dijaga dan disesuaikan dengan protokol kesehatan. Posko pengungsian Merapi yang ada di Kabupaten Magelang bisa dijadikan contoh, untuk diterapkan di daerah lainnya. (Bud)