Bagaimana Strategi Mengatasi Ketertinggalan Siswa Memasuki Tahun Kedua Pandemi?

Ruang Kelas
image/istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Tahun kedua pandemi memberikan tantangan besar bagi pemerintah daerah untuk memulihkan pembelajaran yang turun signifikan akibat penutupan sekolah. Berbasis data dan mitigasi risiko, sejumlah pemerintah daerah menyusun strategi pemulihan pembelajaran.

Kajian Bank Dunia menunjukkan, efektivitas pembelajaran selama penutupan sekolah pada Maret 2020-April 2021 di Indonesia hanya mencapai 37 persen. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan pembelajaran yang signifikan.

Dalam skenario optimistis, tahun sekolah yang disesuaikan dengan pembelajaran (learning adjusted years of schooling/ LAYS) turun 0,6 tahun dari 7,8 tahun menjadi 7,2 tahun akibat pandemi. Lama waktu sekolah anak-anak Indonesia memang sekitar 12 tahun, tetapi mereka hanya belajar 7,2 tahun.

Pembukaan sekolah merupakan salah satu alternatif untuk memulihkan pembelajaran tersebut. Namun, pembukaan sekolah saja tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan strategi pemulihan pembelajaran.

Lantas, untuk mengatasi ketertinggalan siswa memasuki tahun kedua Pandemi, maka strategi seperti apa yang diperlukan? Bagaimana pula strategi pemulihan pembelajaran agar pembukaan sekolah secara tatap muka berlangsung secara efektif?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Pengamat Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak, Dr. Aswandi. (her/yes/ao)

Dengarkan podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaMemaknai Hasil Putusan MK atas Judicial Review UU KPK dan Implikasinya
Artikel selanjutnyaPerbaikan Kabel Optik Bawah Laut Akibatkan Jaringan Internet di Papua Terganggu