Semarang, Idola 92.6 FM – Sejak kasus positif Covid-19 pertama kali diumumkan di Indonesia pada 2 Maret lalu, penambahan kasus harian hingga 10 bulan ini belum juga menunjukkan grafik menurun. Justru, sebaliknya memperlihatkan tren kasus yang terus meningkat. Bahkan, pada Minggu lalu, kasus baru Covid-19 mencapai 6.267 yang merupakan penambahan kasus harian tertinggi hingga saat ini.

Merespons kondisi ini, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengingatkan positivity rate mingguan Covid-19 di Indonesia memperlihatkan kondisi memburuk. Positivity rate di atas 5 persen saja sudah disebut tinggi padahal Indonesia kini selalu di atas 10 persen.

Atas situasi ini, Presiden Jokowi pun marah. Ia menyebut, penanganan Covid-19 memburuk, terutama pada pekan terakhir. Karena itu, presiden mengingatkan kepala daerah mulai dari gubernur, bupati dan wali kota, untuk memegang kendali penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi di wilayah masing-masing. Selain itu, Pemerintah Kembali mengambil kebijakan, melarang pengumpulan massa.

Poster menakutkan yang tak lagi menakutkan
(Ilustrasi: Istimewa)

Selain tingginya positivity rate, simpang siur data antara Pusat dan Daerah juga menambah pelik. Salah satu contohnya, Pemprov Jateng dalam beberapa waktu terakhir menyumbang jumlah kasus tertinggi secara nasional, menyalip DKI Jakarta, Jawa Barat, maupun Jawa Timur. Namun, pihak Pemprov Jateng mengaku bahwa ada data yang tidak sinkron, karena ada data ganda, data terlambat (delay), dan peningkatan tracing.

Lalu, ketika kesadaran warga kian kendor dan di sisi lain kasus Covid-19 kian melonjak, bagaimana menggugah kesadaran semua pihak, agar secara bersama-sama melawan Pandemi? Bagaimana mengefektifkan kebijakan pemerintah yang melarang kerumunan massa? Serta, apa upaya yang mesti dilakukan untuk menekan kesimpang-siuran data antara Pusat dan Daerah?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: dr. Dwi Agustian, MPH, Ph.D (Ahli Epidemiologi Universitas Padjadjaran Bandung); Prof Zubairi Djoerban (Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI)); dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah). (andi odang/ her)

Dengarkan podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaMengenal Kampung Iklim Margoyoso Magelang bersama Kades Adi Daya Perdana
Artikel selanjutnyaJasa Marga Sosialisasikan Kegiatan Berkendara Yang Berkeselamatan