Semarang, Idola 92.6 FM – Meski sudah sejak dulu ditamsilkan oleh nenek moyang kita, agar kita selalu “Sedia payung sebelum hujan”. Tetapi sayangnya, hal itu hanya “berhenti” menjadi nasehat, tetapi tak kunjung menjelma menjadi tabiat.
Buktinya, pada saat virus Corona dikabarkan mulai muncul di Wuhan, China, banyak pejabat kita yang dengan nada meremehkan berkata: “Ah, virus corona tak akan kuat masuk di Indonesia, karena virus tak akan bisa hidup di iklim tropis, sehingga akan mati terkena udara panas”.
Maka, berdasarkan catatan dari Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), sebanyak 37 pernyataan blunder dari pemerintah terkait penanganan virus corona muncul sejak fase awal krisis pada akhir Januari lalu hingga awal Maret 2020.
Selain itu, pada mulanya pemerintah terkesan menolak peringatan-peringatan yang disampaikan oleh lembaga dunia dan penelitian dari berbagai universitas bahwa virus Corona bisa saja menyerang Indonesia. Bahkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pun pada saat itu juga meremehkan dengan berkata, ‘wah itu menghina’.
Tapi apa yang terjadi kemudian?
Dalam beberapa waktu, tepatnya pada 3 Maret 2020, Presiden mengumumkan keberadaan 2 warga Depok yang positif Covid-19. Lalu, setelahnya, kita merasakan dan melihat ketidaksigapan pemerintah dalam penanggulangan. Lagi-lagi, kita terjebak pada budaya post-factum; “Setelah benar-benar terjadi terlebih dahulu, baru gugup kemudian”. Selain itu, Pandemi juga menyingkap betapa masih rapuhnya tingkat kapasitas dan kualitas sistem kesehatan masyarakat kita.
Lantas, merefleksi penanganan Pandemi selama ini, maka, apa yang mesti dilakukan agar hal yang sama tidak Kembali terulang—khususnya setelah munculnya varian baru virus corona? Menatap tahun baru 2021, apa “Catatan penting” yang harus kita jadikan pembelajaran—mengingat tantangan ke dapan masih akan berat?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: dr. Pandu Riono (Juru Wabah/Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia); Dr. Windhu Purnomo (Pakar Epidemiologi universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya); JJ Rizal (Sejarawan); dan Mohamad Sobary (Budayawan). (andi odang/her)
Dengarkan podcast diskusinya:
Listen to 2020-12-29 Topik Idola – dr. Pandu Riono – Refleksi 2020 dan Tantangan 2021; Pandemi byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-12-29 Topik Idola – dr. Pandu Riono – Refleksi 2020 dan Tantangan 2021; Pandemi byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-12-29 Topik Idola – Dr. Windhu Purnomo – Refleksi 2020 dan Tantangan 2021; Pandemi byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-12-29 Topik Idola – Dr. Windhu Purnomo – Refleksi 2020 dan Tantangan 2021; Pandemi byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-12-29 Topik Idola – JJ Rizal – Refleksi 2020 dan Tantangan 2021; Pandemi byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-12-29 Topik Idola – JJ Rizal – Refleksi 2020 dan Tantangan 2021; Pandemi byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-12-29 Topik Idola – Mohamad Sobary – Refleksi 2020 dan Tantangan 2021; Pandemi byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-12-29 Topik Idola – Mohamad Sobary – Refleksi 2020 dan Tantangan 2021; Pandemi byRadio Idola Semarang on hearthis.at