Ngobrol Seputar Sinar Ultraviolet (UV) versus Covid-19 bersama Prof Sutiman

Prof Sutiman
Guru Besar Biologi Sel dan Molekuler Universitas Brawijaya, Profesor Sutiman Bambang Sumitro. (Photo: akurat.co)
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Benarkah wilayah dengan indeks sinar ultraviolet (UV) dari matahari yang tinggi dan tanpa pencemaran udara secara massif membuat jumlah orang yang terinfeksi virus Corona (Covid-19) jauh lebih sedikit? Jawabannya, ternyata, iya.

Itu merupakan hasil penelitian Tim Universitas Brawijaya (UB) Malang bersama BMKG. Menurut salah satu anggota tim penelitu, Guru Besar Biologi Sel dan Molekuler Universitas Brawijaya, Profesor Sutiman Bambang Sumitro (Prof Sutiman), sinar UV memiliki frekuensi gelombang tinggi yang dapat merusak materi RNA dan protein virus. Sehingga bisa menonaktifkan virus di udara bahkan yang menempel di benda-benda padat.

Pada wilayah subtropis seperti New York, Milan, Spanyol yang indeks UV-nya rendah dan pencemaran udaranya tinggi menyebabkan orang tertular melalui media udara (airborne). Sehingga jumlah penderita COVID-19 sangat banyak.

Selengkapnya, mengenai hasil tim penelitian Universitas Brawijaya bersama BMKG kaitannya dengan sinar UV dan Covid-19, berikut ini wawancara radio Idola Semarang dengan anggota tim peneliti, Guru Besar Biologi Sel dan Molekuler Universitas Brawijaya, Profesor Sutiman Bambang Sumitro. (yes/ her)

Dengarkan podcast wawancaranya:

Artikel sebelumnyaAda KPPS Tolak Rapid Test, KPU Jateng Gandeng Satgas COVID-19
Artikel selanjutnyaBagaimana Membangun Keadaban Publik?