Ketika memasuki ruang perawatan ia seperti memasuki dunia baru bersama Covid-19 yang selama ini banyak diperbincangkan manusia seantero jagad raya, bahwa Covid-19 bagaikan monster yang siap menerkam siapa saja manusia yang tidak mentaati protokol kesehatan atau manusia yang tidak bisa menjaga dirinya, atau manusia yang egois bahwa diri adalah manusia paling sakti dari paparan Covid-19, tapi ternyata Covid-19 bisa menerkam siapa saja, tidak pandang bulu. Karena satu-satunya pilihan saat adalah kita harus berdamai dengan Covid-19 ini, agar kita dapat menghadapi virus ini dengan tenang sehingga imun manusia dapat terkelola dengan baik.
Menurut Slamet, keluarganya termasuk orang yang beruntung karena dinyatakan OTG (Orang Tanpa Gejala) oleh dokter, hanya terasa demam di awal dan tidak ada rasa sesak nafas. Ia selalu mencoba menarik nafas dalam-dalam selama beberapa detik dan ia merasa normal karena terbiasa latihan nafas dengan cara sepuluh detik menarik, sepuluh detik menyimpan dan sepuluh detik mengeluarkan nafas, rasanya seperti biasa seperti saya berlatih nafas dalam kondisi normal, tidak ada gejala apapun.
Hari ke-I, tanggal 2 November 2020, ia berada di ruang perawatan, istilah yang ingin ia gunakan, seperti dirawat biasa, berhadapan dengan perawat medis dan dokter yang berpakaian APD lengkap, bak astronot, mereka bersikap ramah dan banyak memberikan penjelasan maupun tips untuk menghadapi Covid-19 ini agar tenang dan tidak perlu panik. Tibalah waktunya untuk dirinya dipasangkan selang penyambung cairan infus di tangan kiri, sebagai langkah awal dari proses perawatan atau isolasi ini.
Beberapa hari ke depan rasa-rasanya siang malam ia berhadapan dengan perawat-perawat ramah itu, tak merasakan bahwa ia sejatinya diisolasi. Para perawat menenangkan mereka bertiga, yang kebetulan ia dan anaknya berada dalam satu ruangan, sedangkan istrinya dalam ruangan lain.