Semarang, Idola 92.6 FM-Upaya menekan angka penularan virus corona di Indonesia selama ini hanya melibatkan Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).Publik pun bertanya-tanya, lantas di mana suara ilmuwan dan pakar sains? Bukankah, secara algoritma, untuk mengenal, memahami, menyelami, dan menghadapi virus mesti dihadapi pula dengan pendekatan sains.
Para pakar sains dan ilmuwan merasa tidak dilibatkan pemerintah saat mengambil keputusan sehingga jika ada pernyataan Indonesia sudah aman dari virus corona, itu pun tidak memiliki bukti ilmiah. Padahal menurut Professor Jeremy Rossman, Presiden dan pendiri dari Research-Aid Networks, masalah pandemi virus corona menjadi lebih kompleks saat tidak cukup data dan fakta sains.
Pengakuan para ilmuwan itu mengisyaratkan bahwa kebijakan–termasuk rencana bakal melonggarkan PSBB–tidak dilakukan secara evedence-based atau berbasis bukti. Lalu, apa landasan yang digunakan dalam merancang kebijakan? Apakah sekedar by-feeling dan asumsi-asumsi?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan: dr Muhammad Adib Khumaidi (Wakil Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan dr Pandu Riono MPH Ph. D (ahli Epidemiologi UI). (Heri CS)