Menakar Kesiapan dan Dampak Rencana Pencabutan Subsidi Gas LPG 3 Kg

Antri Gas LPG 3Kg

Semarang, Idola 92.6 FM – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merencanakan untuk mencabut subsidi LPG 3 kilogram di tengah tahun ini. Subsidi nantinya tidak akan diberikan ke komoditas tetapi subsidi langsung ke warga yang membutuhkan. Dengan tidak adanya subsidi pemerintah, maka harga gas melon yang dipasaran saat ini sebesar 18 ribu hingga 21 ribu rupiah akan naik menjadi 35 ribu rupiah.

Sekjen ESDM Ego Syahrial mengungkapkan, pencabutan subsidi gas ini dilakukan untuk melakukan penghematan anggaran subsidi yang cukup besar saat ini. Pemerintah sendiri masih menggodog mekanisme penyaluran subsidi gas tiga kilogram agar tepat sasaran.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menilai, pencabutan subsidi gas melon dapat menyebabkan kenaikan inflasi. Pemerintah berencana mencabut subsidi gas tiga kilogram atau gas melon secara tertutup yang berarti harganya tak lagi murah. Alasan pemerintah mencabut subsidi ini agar masyarakat menggunakan gas ukuran lainnya, yakni gas lima Kg, delapan Kg hingga 12 Kg yang nantinya memiliki harga yang sama sesuai kebutuhannya. Apalagi saat ini diketahui gas melon banyak digunakan oleh golongan mampu.

Ahmad Heri Firdaus
Ahmad Heri Firdaus, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Nantinya, gas melon yang disubsidi akan disalurkan kepada masyarakat yang berhak melalui sistem tertutup. Menurut Heri, pemerintah dapat menargetkan gas melon lebih tepat sasaran dengan mengurangi jumlahnya dan memperbanyak gas ukuran medium seperti lima kg dan delapan Kg.

Dengan memperbanyak gas yang berkapasitas lebih besar, masyarakat perlahan akan beralih dari gas melon tiga kilogram. Sistem ini sama dengan yang telah dilakukan untuk mengurangi bensin Premium dengan memperbanyak Pertalite yang lebih murah dibandingkan Pertamax. Lalu terkait kebijakan ini—hal-hal apa yang mesti diperhatikan pemerintah agar tepat sasaran dan tidak memacu inflasi? Guna mengulas persoalan ini, radio Idola Semarang mewawancara ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus. (Heri CS)

Berikut wawancaranya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaMenuju Indonesia Maju 2045, Apa yang Mesti Disiapkan Dalam Kurun Waktu 10 tahun ke Depan?
Artikel selanjutnya[PhotoEvent] Peer to Peer on Stage Januari 2020