Membaca Krisis Timur Tengah antara Iran dan AS, Akankah Berpotensi Memicu Krisis dalam Skala Luas?

Iran vs AS
(ilustrasi: tribunnews)
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad, Irak pada Jumat lalu. Kepala Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi menilai serangan udara itu menjadi sinyal perang AS terhadap Iran.

Yon menjelaskan, serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad akan meningkatkan ketegangan baru di kawasan Timur Tengah khususnya di Irak dan Iran. Sebenarnya selama ini hubungan AS dan Irak baik-baik saja secara umum. Tetapi dengan adanya serangan udara itu akan mengakibatkan terjadinya peningkatan ketegangan antara AS dan Irak serta Iran.

Ia berpandangan, peristiwa terbunuhnya Jenderal Soleimani dalam serangan udara AS di Baghdad akan meningkatkan gejolak antara AS dan Iran. Sikap AS yang menjadikan Iran sebagai musuh utama di Timur Tengah kini telah dinyatakan secara langsung dengan melakukan serangan yang mengakibatkan terbunuhnya sang jenderal. Menurutnya, secara otomatis AS telah membuka perang terbuka dengan Iran. Walau serangan udara yang mengakibatkan jenderal penting dari Iran terbunuh tidak terjadi di wilayah Iran. Tapi dampaknya langsung memberikan sinyal kepada Iran bahwa AS tidak main-main dalam hal ini.

Lantas, membaca krisis Timur Tengah antara Iran dan AS, akankah ini akan berdampak dalam skala luas hingga ke Indonesia? Akankah pula ini memicu krisis dalam skala luas hingga perang dunia ke-3? Mendiskusikan ini, Radio Idola Semarang mewawancara Kepala Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Dr Yon Machmudi. (Heri CS)

Berikut wawancaranya:

Artikel sebelumnyaMeneropong Tantangan Bidang Hukum dan Pemberantasan Korupsi tahun 2020?
Artikel selanjutnyaBPJS Kesehatan Jateng-DIY Catat Ada 21 Ribu Lebih Peserta Mandiri Yang Turun Kelas di Desember 2019