Semarang, Idola 92,6 FM – Jenazah pasien positif COVID-19 mendapat penolakan, ketika akan dimakamkan di TPU Sewakul, Kabupaten Semarang, beberapa hari kemarin. Menanggapi peristiwa itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta maaf karena masih ada warganya yang melakukan penolakan terhadap jenazah COVID-19.
Gubernur Ganjar Pranowo mengaku prihatin, dan dirinya sempat mendapat laporan dari banyak pihak terkait peristiwa itu. Padahal, kasus serupa pernah terjadi di Kabupaten Banyumas dan telah dijadikan pelajaran untuk tidak terulang kembali.
Ganjar menjelaskan, yang menyedihkan dan membuat keprihatian adalah lokasinya tidak jauh dari Kota Semarang. Yang seharusnya, masyarakat perkotaan sudah bisa memahami.
Menurutnya, kasus di Banyumas beberapa waktu lalu menjadi kasus pertama dan terakhir. Namun ternyata, masih ada warga yang menolak jenazah pasien COVID-19 dimakamkan di daerahnya.
“Ini kejadian ke sekian kali, dan saya mohon maaf. Saya ingin kembali mengajak, untuk ngrogoh roso kamanungsan (mengambil rasa kemanusiaan) yang kita miliki. Sekali lagi, saya sampaikan bahwa pengurusan jenazah pasien COVID-19 sudah dilakukan dengan standar yang aman. Baik dari segi agama, maupun medis. Seperti ditegaskan para ahli kesehatan ketika jenazah itu dikubur, secara otomatis virusnya akan ikut mati,” kata Ganjar di Puri Gedeh, Jumat (10/4) malam.
Ganjar lebih lanjut menjelaskan, yang lebih membuat dirinya tambah prihatin adalah bahwa jenazah itu merupakan seorang perawat di RSUP dr Kariadi Semarang. Perawat itu meninggal dunia, setelah terpapar virus Korona dari salah satu pasien.
“Sejatinya, seorang perawat merupakan pahlawan kemanusiaan yang rela berkorban dan harus dihormati jasa perjuangannya. Dia adalah seorang pejuang, karena berani mengambil risiko besar dengan merawat pasien COVID-19,” pungkasnya. (Bud)