Semarang, Idola 92,6 FM – Masa pandemi yang belum berakhir dan melumpuhkan sektor usaha, membuat orang harus berpikir kreatif untuk keluar dari keterpurukan dan tetap bertahan. Sehingga, modal dasar untuk bisa bertahan dan keluar di masa pandemi adalah inovasi dan kreativitas dalam berusaha.
Ekonom Universitas Muria Kudus (UMK) Mamik Indaryani mengatakan ada banyak upaya dan usaha, untuk bisa membangkitkan sektor ekonomi di masa pandemi. Terutama, bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pantura timur Jawa Tengah.
Mamik menjelaskan, masyarakat sekarang ini untuk bisa keluar dari persoalan ekonomi pandemi harus mampu mengetahui latar belakang permasalahan ekonomi. Salah satunya, mendorong paradigma masyarakat untuk bisa beradaptasi dan menjalani kehidupan di masa pandemi dan setelah pandemi.
Menurutnya, membangkitkan ekonomi di masa pandemi juga harus bisa menghilangkan regulasi-regulasi yang menghambat kemajuan UMKM dan koperasi. Salah satunya, melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang diharapkan ada terobosan untuk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut.
Selain itu, yang paling penting dan harus diketahui masyarakat adalah bagaimana memunculkan inovasi dan kreativitas kemudian melahirkan entrepreneur.
“Intinya adalah pada inovasi dan kreativitas. Inovasi dan kreativitas tiada henti, itu artinya entrepreneur. Entrepreneur itu ada dua sisi, yaitu sebagai spirit dan sebagai skill. Artinya, yang bekerja di sektor formal atau di ranah pemerintah menjadi abdi masyarakat itu juga harus punya spirit entrepreneur. Masyarakat itu diajari untuk mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk berusaha,” kata Mamik di sela menjadi pembicara webinar “Solusi Bangkitkan Ekonomi di Pantura PascaPandemi”, Selasa (1/9).
Lebih lanjut Mamik menjelaskan, peran perguruan tinggi di dalam melahirkan calon-calon entrepreneur sebenarnya sudah dilakukan cukup lama. Bahkan, di sejumlah perguruan tinggi yang memiliki fakultas ekonomika dan bisnis sudah menyisipkan mata kuliah berkaitan dengan kewirausahaan dan magang.
“Tapi faktanya di lapangan, banyak mahasiswa itu yang setelah lulus pengennya kerja jadi pegawai. Sehingga, ilmu saat di fakultas yang mengajarkan entrepreneur itu dilupakan,” pungkasnya. (Bud)