Semarang, Idola 92,6 FM – Dalam dua bulan terakhir ini, ada kecenderungan pasokan gula pasir di pasaran berkurang. Hal itu juga dibarengi, dengan melambungnya harga gula yang di atas harga eceran tertinggi (HET).
Kepala Dinperindag Jawa Tengah Arif Sambodo mengatakan harga gula pasir yang tinggi, sebenarnya menunjukkan masih tersedia stok komoditas itu di pasaran. Hanya saja, pasokannya dimungkinkan belum optimal.
Arif menjelaskan, kebutuhan gula pasir secara nasional sebanyak 3,6 juta ton per tahun dan untuk Jateng sekira 200 ribu ton per tahunnya. Secara nasional, sebenarnya produksi gula pasir di dalam negeri sebesar 2,8-3 juta ton per tahun. Sedangkan di wilayah Jateng, mampu memproduksi gula pasir sampai 400 ribu ton per tahun.
Menurutnya, yang terjadi saat ini adalah keterlambatan proses giling di pabrik gula akibat dari gagalnya panen tebu.
“Yang terjadi adalah, ini ada keterlambatan giling. Ini masalah nasional, lho. Jadi, ada kelambatan giling secara nasional. Memang kenyataannya begitu. Kenapa terjadi keterlambatan giling? Karena tebu yang kemarin sudah harus panen mengalami kekeringan cukup panjang, sehingga harus diratin ulang atau dibongkar ulang,” kata Arif, Rabu (4/3).
Lebih lanjut Arif menjelaskan, keterlambatan dari proses giling ini sudah diantisipasi pemerintah dengan mendatangkan Raw Sugar kurang lebih 495 ribu ton. Pada pertengahan Maret 2020 ini, diperkirakan sudah tersedia stok gula pasir di pasaran.
“Raw Sugar itu didatangkan dari Thailand, India dan Amerika Selatan. Sekarang yang ditunggu waktu pengiriman hingga pengolahan, dan waktunya sekitar 20 hari bisa sampai ke Tanah Air,” jelasnya.
Namun demikian, lanjut Arif, stok gula pasir di Jateng masih mencukupi hingga pertengahan Maret 2020 nanti. Terlebih lagi, pada April 2020 juga akan ada proses panen dan giling tebu. (Bud)