Semarang, Idola 92,6 FM – BPS Jawa Tengah mencatat, Impor bahan baku/penolong pada Januari 2020 sebesar 79,41 persen dan barang modal sebesar 11,54 persen.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengatakan impor barang-barang yang dilakukan pengusaha di provinsi ini, masih didominasi mesin-mesin atau pesawat mekanik dan mesin atau peralatan listrik. Kemudian disusul kapas dan serat stafel buatan, serta plastik dan barang dari plastik.
Sentot menjelaskan, khusus untuk kebijakan larangan impor yang diberlakukan pada awal Februari 2020 kemarin belum bisa diketahui pergerakannya. Sebab, perhitungan pergerakan atau aktivitas ekspor dan impor dalam negeri berdasarkan bulan berjalan sebelumnya.
Menurutnya, pergerakan aktivitas ekspor dan impor karena pengaruh penyebaran virus COVID-19 baru bisa tercatat dan dihitung BPS pada periode bulan berikutnya.
“Kami kan baru bisa mengekspos data per Januari 2020. Jadi, ketika larangan itu di awal Februari kita masih belum bisa menunjukkan dampak dari pelarangan ekspor dan impor. Sebenarnya, yang dilarang itu tidak semua komoditas. Mudah-mudahan komoditas-komoditas seperti bahan baku dan penolong itu, masih diizinkan masuk. Karena tidak mudah juga ketika kita mengalihkan atau mencari sumber barang baru, tidak sedemikian gampang,” kata Sentot, Senin (2/3).
Lebih lanjut Sentot menjelaskan, dampak dari pelarangan barang impor yang berasal dari Tiongkok itu biasanya akan memengaruhi laju inflasi dalam negeri. Karena, hal itu juga berkaitan dengan barang-barang produksi yang bahan bakunya masih impor dari Tiongkok.
“Bicara televisi misalnya, itu kan ada layarnya. Ternyata, komponen layar televisi itu masih impor dari Cina,” jelasnya.
Namun demikian, lanjut Sentot, nilai impor Jateng pada Januari 2020 ini sebesar US$1.074,15 juta dan mengalami kenaikan 5,05 persen dibanding bulan sebelumnya. (Bud)