BI: Negeri Ini Memerlukan SDM yang Kreatif, Inovatif, dan Adaptif

PCS, Membangun SDM untuk Indonesia Maju 2024

Semarang, Idola 92,6 FM – Negeri ini memerlukan SDM kreatif, inovatif, dan adaptif. Karena generasi muda yang memiliki kualifikasi itu akan mampu memperbaiki kondisi bangsa dalam situasi apapun. Ia mampu beradaptasi dengan segala tantangan.

Demikian disampaikan Kepala Grup Sistem Pembayaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah Andri Prasmoko dalam Panggung Civil Society bertema “Membangun SDM untuk Indonesia Maju 2024” yang diselenggarakan radio Idola Semarang bekerjasama dengan Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah dan Unisbank Semarang, Jumat (13/03/2020) di Kampus Unisbank Semarang lantai 9 Jl Kendeng V Bendan Ngisor Semarang.

Selain Andri, hadir pula narasumber: Rektor Unisbank Semarang Dr Safik Faozi, Customer Development Manager Nutrifood Bastian Zeller, dan Content Creator Agnes Yi. Acara dipandu penyiar radio Idola Semarang Nadia Ardiwinata.

Menurut Andri, saat ini populasi pegawai dari kalangan milenial sudah mencapai 60 persen. Bagi BI, yang diperlukan adalah SDM yg memiliki kemauan kuat untuk berinovasi. Inovasi tak harus menemukan teknologi baru. Inovasi adalah setiap detail yang kita lakukan untuk memperbaiki kondisi. “Itulah generasi yang diharapkan,” ujar Andri dihadapan ratusan mahasiswa.

Andri Prasmoko
Andri Prasmoko, Kepala Grup Sistem Pembayaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah.

Dengan kecakapan itu, menurut Andri, Bank Indonesia bisa tetap survive hingga saat ini. Itu yang mendorong mahasiswa dari berbagai jurusan dan disiplin ilmu masuk dan survive di BI. “Kami menerima mahasiswa dari berbagai jurusan. Karena nanti setelah masuk mereka akan beradaptasi dan berkembang,” tuturnya.

Di era digital saat ini, menurut Andri, beberapa ketrampilan yang dibutuhkan sudah dipraktikkan generasi milenial. Ia mencontohkan, penggunaan media sosial semacam instragram, twitter, hingga facebook. “Jangan dianggap ketrampilan di twitter, ig, dll itu sekadar mengisi content. Jika diolah, itu akan menjadi big data. Dari sana, bisa dipelajari perilaku customer,” tuturnya.

Ia menambahkan, duduk di bangku sekolah dan kuliah merupakan ajang berlatih. Bukan sekolah menyebalkan. Ia mencontohkan sosok Agnes Yi yang bisa seperti saat ini karena ia disiplin, kreatif. Itu asalnya berlatih di kampus melalui latihan tugas dari dosen masing-masing. “Apa yang dilakukan mahasiswa saat ini, itu akan sangat bermanfaat di dunia nyata,” katanya.

Dr Safik Faozi
Dr Safik Faozi, Rektor Unisbank Semarang.

Sementara itu, Rektor Unisbank Semarang Dr Safik Faozi, menyampaikan, soft skill sangat penting bagi lulusan perguruan tinggi. Ia merasa dirinya tidak memiliki kemampuan hard skill tidak begitu bagus. Tetapi, dirinya memiliki semangat untuk selalu berkembang dan menatap masa depan dengan optimistisme Itu itu membuat dirinya dituntut untuk berubah dan berkembang.

“Tuhan tidak menciptakan manusia bodoh. Tetapi, manusia itulah, mau memperbodohkan diri atau cerdas. Oleh karena itu, Soft skill itu kata kunci luar bisa,” katanya.

Safik mencontohkan, banyak para penemu yang meraih nobel itu nilai fisika pada waktu kuliah tak bagus. Tetapi begitu masuk dunia kerja , dengan semangat mau belajar, maka ia kemudian ternyata mampu memeroleh hadiah nobel. “jadi, Bagi Unisbank, soft skill merupakan suatu kompetensi yang mutlak dibutuhkan,” tuturnya.

Di era saat ini , menurut Safik, mahasiswa harus memiliki beberapa soft skill. Di antaranya, integrity (berintegritas), teamwork (kemampuan kerja sama), leadership (kepemimpinan), adaptability (beradaptasi), networking (membangun jejaring), dan knowledge of problem solving (pengetahuan untukmemecahkan masalah).

Bastian Zeller
Bastian Zeller, Customer Development Manager Nutrifood.

Customer Development Manager Nutrifood Bastian Zeller, menambahkan, dirinya bisa berkarir di Nutrifood seperti saat ini, juga berkat kemampuan soft skill. Sebelumnya ia bekerja di BUMN. Ia berkisah, saat ia kuliah, bukan tipe mahasiswa yang hanya nongkrong semata. Ia juga aktif mengikuti jika kegiatan dan seminar, sebagai bentuk untuk meningkatkan soft skill. “Gaul oke, belajar tetap. Itu yang bisa membuat saya seperti saat ini,” ujarnya. CEO Award 2019.

Rahasia bisa sukses dalam karir, menurut Bastian, ada dua hal. Pertama, yang dibutuhkan di era saat ini adalah agile, maksudnya lincah, tangkas, dan adaptif. Bagaimana caranya, kita bisa adaptif dengan hal-hal baru karena disrupsi bisa terjadi kapan pun. Kedua, on leadership. Dahulu, on leadership gayanya lazim dengan orang yang berkharisma dan memiliki strength point.

“Tapi, sekarang orang tidak bisa kita lihat dari sekadar tatap muka saja. Tetapi seberapa teman-teman, menghabiskan waktu untuk menuangkan pola pikir dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam digital ownership yang kita miliki,” tuturnya.

Agnes Yi
Agnes Yi, Content Creator.

Sementara itu, Agnes Yi, menyatakan, sejak kecil ia memang memiliki cita-cita sebagai fashion desainer. Tetapi seiring berjalannya waktu hal itu tak bisa dipenuhi. Kemudian, justru mengantarkan ia pada satu profesi yakni content creator karena memang sejak kecil ia lebih suka dunia kreatif ketimbang berbisnis.

Menurut Agnes, kunci keberhasilan seseorang ditentukan oleh beberapa faktor. Yakni, kemampuan untuk belajar, mencoba, beradaptasi, dan berkresasi. “Itu penting untuk mencapai tujuan,” tandasnya. (Heri CS)

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaDinkes Jateng Ajukan Permintaan Ribuan APD ke Pemerintah Pusat
Artikel selanjutnya[PhotoEvent] Panggung Civil Society Bersama Bank Indonesia Jateng