Semarang, Idola 92.6 M-Pemerintah beberapa waktu lalu berencana membuka sekolah pada tahun ajaran baru, Juli 2020 mendatang. Salah satu pihak yang bersikeras menentang rencana itu adalah Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
IDAI menganjurkan untuk tidak membuka sekolah sampai bulan Desember 2020. Sebab, ditemukan kasus Covid-19 pada anak di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 7,5 persen. Menurut data Kemenkes, angka persentasi Covid-19 anak di Indonesia mencapai 7,5 persen secara keseluruhan. Jumlah itu relatif lebih tinggi kalau dibandingkan negara lain yang sekitar 1 sampai 5 persen.
Menurut ,Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), konsultan respirologi anak dari Satgas Covid-19 IDAI, angka yang meninggal juga cukup tinggi dibandingkan negara lain jika dilihat per usia. Di negara lain, hampir tidak terdeteksi, sementara di Indonesia ada yang 1,8 persen atau 3,8 persen menurut kelompok usia.
Salah satu faktor yang menyebabkan angka kematian anak akibat Covid-19 cukup tinggi adalah parameter kesehatan umum Indonesia yang banyak tertinggal dari negara lain. Yakni, seperti cakupan imunisasi yang lebih rendah dan angka stunting yang lebih tinggi. Artinya, parameter kesehatan kita tidak lebih baik dari negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, maupun Italia, maka wajar kalau angka kematian anak kita lebih tinggi. Selain itu, adanya anggapan yang salah tentang kelompok anak tidak termasuk kelompok yang rentan atau bahkan tidak mudah terserang Covid-19 dibandingkan dengan orang dewasa atau usia lanjut.
Lantas, bagaimana mengantisipasi penyebaran Covid-19 khususnya pada anak-anak, jelang normal baru? Mengulas ini, radio Idola Semarang mewawancara KetuaIkatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Jateng dr. Djoko Handojo. (her)