Semarang, Idola 92.6 FM – Desa Kesongo di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dipilih menjadi lokasi diselenggarakannya kongres sampah, Sabtu-Minggu (12-13/10). Setiap rumah-rumah warga dihias, dan sebagian warga memersiapkan seremoni untuk penyambutan tamu kongres sampah yang mencapai 1.500 orang dari berbagai daerah di Indonesia.
Kepala Desa Kesongo Supriyadi mengatakan sebelum pelaksanaan kongres sampah dimulai, warga sudah memilah sampah plastik untuk dijadikan hiasan dan sejumlah kerajinan. Termasuk, menyulap sampah plastik menjadi gaun untuk menyambut para tamu.
Setiap depan rumah warga, jelas Supriyadi, diletakkan keranjang sampah dua jenis. Sampah organik dan sampah non-organik. Yang organik dibawa ke tempat pembuangan sampah, dan non-organik dipilah untuk didaur ulang.
“Jadi, istilahnya di rumah habis menyeduh kopi terus bungkusnya dikumpulkan. Kalau sudah banyak, nanti ada yang mengambil. Ada warga yang membuat kerajinan dari sampah plastik. Ada yang dibuat kostum, bunga, topi dan lain-lain,” kata Supriyadi, kemarin.
Lebih lanjut Supriyadi menjelaskan, pada saat pembukaan kongres sampah yang dihadiri Gubernur Ganjar Pranowo juga sudah disiapkan hadiah untuk orang nomor satu di Jawa Tengah itu. Yakni kursi sofa, yang terbuat dari anyaman bungkus kopi.
Pengelola TPS 3R Sokaku Asri Lerep di Kecamatan Ungaran Barat Wahyudi Prasetyo menambahkan, memang edukasi dalam memilah sampah plastik perlu ditanamkan kepada masyarakat. Tujuannya, agar sampah-sampah yang sulit terurai di dalam tanah itu bisa dimanfaatkan untuk hal lain.
Melalui bank sampah, jelas Wahyudi, juga perlu digalakkan. Sehingga, masyarakat juga bisa memeroleh nilai ekonomi dari menabung memakai sampah.
“Kaitannya dengan pengelolaan sampah, memang kita perlu mengedukasi masyarakat. Soalnya, sumber sampah yang paling utama dari rumah tangga. Kita harus mengedukasi masyarakat, sebagai sumber sampah yang utama harus diberi pengarahan bahwa untuk mengelola sampah ini perlu manajemen. Rumah tangga harus punya kesadaran untuk memilah sampah,” ujar Wahyudi.
Bank sampah, lanjut Wahyudi, menjadi upaya untuk memilah sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga. Warga juga diajari membuat kompos dari sampah organik, yang nantinya diolah menjadi pupuk untuk tanaman di rumah. (Bud)