Mijen, Idola 92.6 FM – Ribuan santri Pondok Pesantren Askhabul Kahfi Polaman Mijen Kota Semarang menggelar acara “Takbir Keliling 1001 Obor dan Gebyar Kembang Api” menyambut Idul Adha 1440 H, Sabtu (10/08/2019) malam. Selain sebagai rasa syukur serta syiar Islam, acara juga sebagai bentuk melestarikan tradisi pada anak muda.
Sebanyak 2.400-an santri, baik putra maupun putri serta puluhan ustaz serta pengurus terlibat dalam acara yang menempuh perjalanan sekitar 2,5 kilometer. Sembari membawa obor/ oncor mereka menggemakan takbir dengan melalui rute: start dari Kampus 3 PP Askhabul Kahfi Polaman melewati Kuncen, Bubakan, dan balik ke lokasi pemberangkatan melalui daerah Karang Malang.
Para santri merupakan siswa yang sedang menempuh pendidikan SMP/MTS hingga MA/SMK dalam naungan Ponpes Askhabul Kahfi. Di tengah-tengah barisan juga turut serta, pendiri dan Pengasuh Ponpes Askhabul Kahfi, KH Masruchan Bisri.
Agar tidak mengganggu sesama pengguna jalan serta menjaga ketertiban, pihak panitia juga melibatkan aparat kepolisian dari Polsek setempat. Tak lupa, satu unit ambulance milik yayasan juga turut mengiringi arak-arakkan. bersama-sama gemakan takbir keliling dengan membawa 1001 obor mengelilingi lingkungan sekitar.
Pengasuh PP Askhabul Kahfi KH Masruchan Bisri (tengah) didampingi Koordinator acara Takbir Keliling 1001 Obor dan Gebyar Kembang Api M Rikza Saputra (kiri) di tengah lautan santri peserta pawai Obor di halaman kampus 3 PP Askhabul Kahfi Polaman Mijen Semarang.
Menurut KH Masruchan Bisri, peringatan gema takbir serentak (mursal) di pondoknya memang sudah menjadi tradisi. Para santri dilibatkan langsung dalam pawai takbir keliling selain guna mengagungkan takbir sekaligus sebagai bentuk syiar kepada masyarakat. “Kami ingin menyampaikan pesan bahwa Islam merupakan agama yang santun, damai, dan sejuk,” terangnya.
Sebelumnya, pengurus memberikan pengertian dan ilmunya bagaimana cara takbir yang baik dan benar. Caranya ada dua yakni mursal dan muqayyad. Takbir mursal merupakan takbir yang waktunya tidak mengacu pada waktu sholat atau tidak harus dibaca oleh seseorang setiap usai menjalankan ibadah sholat, baik fardu maupun sunnah.
“Takbir mursal ini sunnah dilakukan setiap waktu, di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Baik lelaki maupun perempuan, sama-sama dianjurkan melantunkan takbir, baik saat di rumah, bepergian, di jalan, masjid, pasar, dan seterusnya. Waktunya dimulai dari terbenamnya matahari malam ‘id, hingga imam melakukan takbiratul ihram shalat ‘id,” ujarnya.
Sementara, lanjut Masruchan, takbir muqayyad, merupakan takbir yang pelaksanaannya memiliki waktu khusus, yaitu mengiringi sholat, dibaca setelah melaksanakan sholat, baik fardhu maupun sunnah. Waktunya setelah shalat shubuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), hingga Ashar pada akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah).
KH Masruchan menambahkan, Allah menjadikan 12 bulan dalam 1 tahun 4 di antaranya bulan yang dimuliakan. Satu di antara yang 4 adalah bulan dzulhijjah. Dalam bulan ini banyak kebaikan atau ibadah yang bisa diajarkan kepada santri antara lain puasa tarwiyah dan arofah pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah. “Nah pada malam 10 nya kita agungkan takbir, tahmid dan tahlil bersama-sama,” tuturnya.
2. Hadirkan Maskot PSIS “Mahesa Jenar”
Koordinator acara dan lurah Ponpes Askhabul Kahfi, M Rikza Saputra menambahkan, selain disediakan 1001 obor, pawai takbir keliling pada tahun ini juga dimeriahkan dengan mengikutkan dua maskot klub sepakbola kebanggan Kota Semarang yakni PSIS. “Ini yang membedakan acara tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya yakni pawai juga melibatkan dua maskot Mahesa Jenar,” ujar lulusan Universitas Wahid Hasyim ini.
Tujuan mengajak maskot Mahesa Jenar ini, sebagai ajang kebersamaan dan keguyuban. Kaum santri tak mesti harus berjarak dengan lingkungan sekitarnya. Semua bisa bersatu padu dalam upaya membangun negeri dan melakukan hal-hal positif. “Ya, karena kami mendukung tim PSIS—tim kebanggaan Kota Semarang, maka kami ajak Mahesa Jenar agar masyarakat juga mendukung PSIS,” katanya.
Rikza menambahkan, sebagai rangkaian, kegiatan, setelah sholat Idul Adha, dilakukan penyembelihan hewan kurban. Tercatat, ada 3 sapi dan 4 kambing yang disembelih.
Sementara itu, Ma’ruf Aditya (16), mengaku bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini. Bisa berada di antara ribuan santri lain dan berjalan menyusuri jalan sembari takbir menjadi pengalaman tak terkira. “Meski jauh tak terasa lelahnya,” ujar siswa kelas II MA Askhabul Kahfi asal Boja ini.
Senada, Ika Widya (17), merasa senang mengikuti acara ini. Ini menjadi dakwah pada masyarakat dalam bentuk aksi yang simpatik. “Semoga ke depan ada hal-hal baru dalam pawai takbir keliling ini,” kata siswi kelas XII MA Askhabul Kahfi ini.
Setelah pawai selesai, peserta beristirahat dan makan bersama. Selang beberapa waktu kemudian, ribuan santri dengan dikeliling para orang tua yang hadir pada malam itu menyaksikan pesta kembang api selama beberapa menit. Gebyar kembang api yang berpendar di atas langit kampus “kawah candradimuka” itu seolah menjadi sebentuk doa bagi sang pencipta . (Heri CS)