Pemprov Minta Bantuan BNPB Kirim Helikopter Water Boombing Untuk Padamkan Kebakaran Hutan di Jateng

Personel TNI/Polri dan relawan melakukan pemadaman kebakaran lahan.
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Sejumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan di wilayah Jawa Tengah, sampai saat ini masih dipadamkan dengan cara manual. Sebab, lahan atau areal hutan yang terbakar memang tidak terlalu luas. Namun demikian, Pemprov Jateng sudah mengajukan permintaan bantuan ke BNPB untuk pengiriman helikopter water boombing.

Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan sudah ada banyak laporan yang menyebutkan kasus kebakaran lahan atau hutan di wilayahnya, dan beberapa di antaranya terjadi di wilayah Kabupaten Magelang. Misalnya di lereng Gunung Sumbing yang masuk di wilayah KPH Kedu, dan terbaru kebakaran hutan di lereng Gunung Merapi,Minggu (18/8) malam.

Ganjar menjelaskan, sejumlah relawan berupaya untuk memadamkan api di Lereng Gunung Merapi yang terjadi di medan cukup sulit.

Menurutnya, untuk beberapa wilayah yang berhasil dipadamkan telah dilakukan pendataan luasan kebakaran. Termasuk, mencatat kerugian akibat kebakaran itu.

“Kita sudah laporkan ke BNPB, seandainya tidak tertangani itu kita sudah order untuk disiapkan water boombing. Sudah kita mintakan kalau tidak sanggup, tapi mungkin permintaan kita water boombing satu sudah cukup. Karena tidak besar. Yang sekarang mesti dilakukan ya mencegah saja, minimal jalur pendakian sudah ditutup biar orang bisa hati-hati, Komunitas dari LMDH juga sudah kita komunikasikan,” kata Ganjar baru-baru ini.

Ganjar lebih lanjut menjelaskan, meskipun sumber air sulit didapat dan lokasinya jauh, namun para personel TNI/Polri dan Dinas Pertanian dan Perkebunan bersama BPBD dibantu masyarakat terus berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya.

“Proses pemadaman masih manual. Jadi yang memungkinkan bisa dilakukan, ya dilakukan untuk pemadaman,” jelasnya.

Ganjar menyatakan, kasus kebakaran lahan yang terjadi itu diduga bukan karena faktor alam. Bisa jadi karena ulah manusia, atau akibat keteledoran.

“Bisa jadi karena membuka lahan dengan cara membakar, sehingga kami mengajak masyarakat dekat hutan untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Tapi kebakaran juga bisa dipicu, karena ada pendaki yang membuang rokok sembarangan atau membuat api unggun tapi lupa memadamkan saat tinggal,” pungkasnya. (bud)

Artikel sebelumnyaMembaca RAPBN 2020 dan Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo, Sudahkah Narasi yang Dibangun Mencerminkan Jawaban atas Tantangan Ekonomi Indonesia ke Depan?
Artikel selanjutnyaPertamina Ajak Pemilik Rumah Makan Gunakan Elpiji Nonsubsidi