Semarang, Idola 92.6 FM – Masih ingat, dengan permainan tradisional yang dulu pernah dimainkan saat anak-anak? Petak umpet atau ular naga dan gobak sodor, barang kali menjadi permainan tradisional yang melatih kreativitas dan kemampuan fisik si anak dan sekarang sudah sering dijumpai.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan banyak ragam dari permainan tradisional anak-anak, yang di beberapa daerah di provinsi ini masih dimainkan. Satu di antaranya adalah di Desa Dolanan Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Ganjar menyebutkan, di daerah itu masih banyak anak yang memainkan permainan tradisional semacam balap karung, engklek dan tarik tambang. Anak-anak di desa itu sangat antusias, dan berebut aneka dolanan tradisional.
Menurutnya, permainan tradisional anak-anak harus terus dilestarikan dan dimainkan.
“Ketika kemudian dunia kita didorong, dipaksa dan bahkan diintimidasi dengan mainan-mainan gadget. Ternyata di Sidowayah, Klaten ada permainan yang menarik dan itu di usia kita. Apa itu? Mainan anak-anak. Mereka masih bermain tarik tambang, ada permainan teklek racing dan itu mereka bersentuhan. Jatuh bareng, tertawa bareng dan mereka bersentuhan. Kita berbahagia, karena itu masih ada di tempat kita,” kata Ganjar di Solo, kemarin.
Salah satu penggiat Desa Dolanan Sidowayah, Marno menjelaskan, kampung dolanan itu dibuat sejak 2017. Dalam kampung itu, terdapat berbagai jenis permainan anak.
“Tujuan kita supaya anak-anak tidak tergantung pada gadget. Tergantung dengan gadget sangat membahayakan, terutama bagi kesehatan dan pola pikir anak. Dengan melestarikan permainan tradisional ini, anak bisa bermain dengan ceria bersama teman-teman seusianya,” ujar Marno.
Jateng Ingin Jadi Provinsi Ramah Anak dan Jadi Panutan Daerah Lain
Setiap daerah di Tanah Air mempunyai cara dan kebijakan berbeda, di dalam menerapkan aturan soal daerah ramah anak. Tidak terkecuali Provinsi Jawa Tengah, yang berupaya mewujudkan menjadi provinsi ramah anak dan ditiru daerah lainnya di Indonesia.
Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan pemprov bersama dengan kabupaten/kota, terus mengoptimalkan ruang-ruang yang lebih banyak pada anak. Karena, anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang perlu perhatian lebih khusus dan afirmasi.
Menurutnya, anak-anak di provinsi ini harus mendapat ruang untuk bisa menyampaikan pendapat dan juga bermain guna menyalurkan bakatnya.
Ganjar menjelaskan, memang belum 100 persen maksimal dan optimal setiap kabupaten/kota di provinsi ini menerapkan kebijakan sebagai daerah ramah anak. Namun, sedikit demi sedikit dan melibatkan anak-anak dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) setiap tahunnya akan memberikan warna dalam pengambilan keputusan.
“Kita harapkan ramah anak itu tidak hanya menjadi sekadar aturan, ramah hanya tidak hanya sekadar menjadi jargon. Atau, ramah anak hanya menenuhi target-target saja. Tapi, ramah anak adalah sesuatu yang bisa diberikan dan si anak menikmati betul. Ramah anak adalah tidak ada bullying, maka ramah anak adalah berteman. Yang senior, guru dan orang tua saling menemani untuk memberikan peringatan atau mengajarkan budi pekerti,” kata Ganjar, Selasa (19/11) malam.
Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, di dalam setiap gelaran musrenbang yang diadakan selalu kelompok anak-anak pertama menyampaikan masukan terhadap perencanaan pembangunan. Karena, bukan lagi zamannya segala sesuatu tentang anak disuarakan para orang tua.
“Yang mengerti keinginan anak adalah anak sendiri. Kita sebagai orang tua hanya mengarahkan. Saya kepingin daerah atau wilayah ramah anak, bukan sekadar regulasi atau statement saja. Tapi, benar-benar bisa dinikmati anak,” pungkasnya. (Bud)