Semarang, Idola 92.6 FM – Musim kemarau pada tahun ini, diperkirakan puncaknya terjadi pada Agustus 2019 mendatang. Pemprov Jawa Tengah sudah memetakan permasalahan yang terjadi, dan akan dihadapi selama musim kemarau. Mulai dari dampak sosial, kesehatan dan dampak bencananya.
Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan pada saat ini, sudah dilaporkan ada 10 kabupaten/kota di Jateng yang memerlukan pasokan air bersih karena musim kemarau. Dari 10 kabupaten/kota di Jateng yang rawan kekeringan itu, terdapat ratusan desa kekurangan pasokan air bersih.
Menurutnya, ke-10 daerah itu di antaranya adalah Kabupaten Cilacap, Purbalingga, Klaten, Grobogan dan Banyumas.
Ganjar menjelaskan, pemkab/pemkot setempat sudah mengirimkan pasokan air bersih kepada warganya yang terdampak kemarau. Total pasokan air bersih yang dikirim, sebanyak 148 tangki. Paling banyak adalah Klaten, hingga 60 tangki air bersih.
“Ini sebenarnya petanya sudah jelas, dan hampir setiap tahun terjadi. Maka sebenarnya, tinggal pola antisipasi saja. Sehingga, tidak terlalu menjadi hal yang baru. Cuma kita sudah ingatkan, kira-kira puncak kemaraunya akan Agustus. Dan kemarau ini akan berhenti ada yang di bulan Oktober dan November. Maka dari sisi waktu, semua sudah tahu. Ada 31 kabupaten/kota di Jateng dipastikan terdampak kekeringan, dan tersebar di 287 kecamatan serta 1.319 desa,” kata Ganjar, Kamis (4/7).
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sudaryanto menambahkan, distribusi air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan masih bisa ditangani pemerintah daerah setempat. Apabila daerah setempat sudah kewalahan, maka bisa berkoordinasi dengan BPBD Jateng.
“Kepala daerah yang dana darurat bencananya sudah habis, bisa koordinasi dengan provinsi untuk kita bantu. Silakan buat surat permohonan bantuan kepada kami,” ujar Sudaryanto. (Bud)