Semarang, Idola 92.6 FM – Presiden Joko Widodo kemarin resmi mengumuman dan melantik jajaran Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta. Beberapa nama yang masuk dalam kabinet membuat sebagian publik terkejut. Di pihak lain–kecewa karena sosok lama dan tak berprestasi tetap dipilih. Dari komposisinya, tercatat 21 orang berlatar belakang profesional dan sisanya berasal dari partai koalisi pendukung pemerintah.
Dari nama-nama yang diumumkan dan pergeseran beberapa nomenklatur muncul harapan akan ada perubahan dan perbaikan ke depan—sesuai dengan visi Pembangunan SDM. Sudah lama publik rindu sosok menteri yang memiliki kompetensi, kapasitas, kapabilitas, dan berintegritas. Tentu kejutan dengan dimasukkannya barisan anak muda seperti Nadiem Makarim—CEO Go Jek. Ada pula Wisnutama-Komisaris Salah satu TV Swasta terkemuka yang juga kreator di balik pembukaan dan penutupan Asian Games tahun lalu. Namun, di sisi lain, wajah-wajah lama tetap mendominasi—seperti Mahfud MD yang dipilih untuk menduduki kursi Menkopolhukkam, Tito Karnavian sebagai Mendagri, dan Erick Tohir sebagai Menteri BUMN.
Namun, tak bisa dipungkiri pula—bahwa komposisi kabinet tetap kental nuansa bagi-bagi kekuasaan bagi partai koalisi. Jangankan bagi partai koalisi—partai oposisi pun tetap mendapat jatah menteri. Masuknya Gerindra dalam barisan koalisi dan mendapat 2 jatah menteri—tentunya menjadi catatan tersendiri. Ibarat kata—mereka yang berkeringat memenangkan Jokowi dan ada yang berkeringat mengalahkannya saat kontestasi Pilpres. Namun, kedua-duanya tetap mendapat jatah.
Secara umum–bisa dikatakan, terbentuk dan diumumkannya Kabinet Indonesia Maju ini sesungguhnya semakin menunjukkan kemenangan oligarki di satu sisi dan menggambarkan kekalahan rakyat di sisi lain.
Meski demikian, terlepas dari sosok dan kapasitasnya—yang penting adalah kita patut memberi kesempatan mereka bekerja. Sebab—menyitir kata Presiden—mereka adalah putra-putri terbaik yang dimiliki bangsa ini. Terlalu dini, jika memberi nilai—ketika kita belum memberi kesempatan untuk membuktikan kinerjanya pada rakyat.
Lantas, mencermati sosok menteri dan komposisi Kabinet Indonesia Maju, sudahkah menjawab tantangan persoalan bangsa ke depan dan memenuhi harapan publik? Sudahkah presiden menerapkan filosofi “The Right Man on the Right Place” dalam memilih para menterinya? Atau jangan-jangan hanya mengakomodir terpenuhinya jatah kursi bagi barisan koalisi karena memang menteri adalah jabatan politis?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Ahmad Heri Firdaus (Pengamat Ekonomi dari Institute for development of Economics and Finance (INDEF)); Prof Hibnu Nugroho (Guru Besar Hukum Pidana Universitas Jendral Soedirman Purwokerto); dan Indra Charismiadji (Pemerhati dan praktisi pendidikan 4.0). (Heri CS)
Berikut diskusinya:
Listen to 2019-10-24 Topik Idola – Ahmad Heri Firdaus byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2019-10-24 Topik Idola – Ahmad Heri Firdaus byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2019-10-24 Topik Idola – Prof. Hibnu Nugroho byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2019-10-24 Topik Idola – Prof. Hibnu Nugroho byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2019-10-24 Topik Idola – Indra Charismiadji byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2019-10-24 Topik Idola – Indra Charismiadji byRadio Idola Semarang on hearthis.at