Menakar Menurunnya Indeks Daya Saing, Apa Jalan Keluar dari Problem Klasik itu?

World Economic Forum
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – World Economic Forum (WEF) baru-baru ini merilis data terbaru Global Competitiveness Index atau Indeks Daya Saing Global 4.0 tahun 2019 dan menempatkan Indonesia pada posisi 50. Hasilnya, daya saing Indonesia turun 5 peringkat dengan total nilai 64,8.

Merespons persoalan ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, saat ini masih ada persoalan fundamental di Indonesia yang menyangkut daya SDM. Sehingga tidak dimungkiri rendah daya saing manusia Indonesia. Diketahui, mayoritas SDM kita hanya lulusan SD dan SMP. Menurut Menkeu, selain mayoritas lulusan SD dan SMP, dunia pendidikan memang masih belum cukup baik dalam meningkatkan kemampuan SDM. Karena itu, sangat dibutuhkan peningkatan atau pengembangan lewat berbagai upaya konkret.

Terkait problem ini, pemerintah lewat kementerian sangat fokus dan berkomitmen untuk meningkatkan daya saing SDM di Tanah Air. Ini dilakukan dengan plot anggaran sektor pendidikan yang kian besar tiap tahunnya. Pada 2019 saja, anggaran dana untuk pendidikan mencapai Rp 505 triliun dan tahun depan naik menjadi Rp 508 triliun. Namun sayangnya, besaran anggaran 20 persen dari APBN untuk pendidikan itu dinilai masih belum efektif. Tingginya alokasi dana ternyata belum berbanding lurus dengan output yang diharapkan.

Lantas, isu daya saing yang menurun dan apa jalan keluar dari problem klasik itu? Benarkah karena mayoritas SDM kita lulusan SD dan SMP? Lalu apa solusinya?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Enny Sri Hartati (Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)); Adhi S Lukman (Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMI); dan Sofjan Wanandi- Ketua Tim Ahli Kantor Wakil Presiden. (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Artikel sebelumnyaSemarang Sama Dengan Nagoya
Artikel selanjutnyaRektor Undip Ingatkan Dosen dan Staf Pengajar Bijak Gunakan Medsos