Komatnas Sebut Angka Kebutaan di Indonesia Tertinggi Kedua di Dunia

Kadinkes Jateng Yulianto Prabowo menyerahkan kenang-kenangan kepada Ketua Komite Mata Nasional, Andy Flores Noya di kantor Dinkes Jateng, Senin (24/6).
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam upaya menurunkan prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia dan mencapai Vision 2020-The Right to Sight, dibentuk Komite Mata Nasional (Komatnas). Tugasnya, untuk penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Tanah Air.

Ketua Komatnas Andy Flores Noya mengatakan pihaknya mendapat tugas dari Kementerian Kesehatan, untuk menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia. Dengan misi yang diemban Komatnas itu, pihaknya mengajak dan menggandeng sejumlah pihak lebih banyak menggelar operasi katarak guna menurunkan angka kebutaan.

Menurutnya, Komatnas juga melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan.

“Bahwa tingkat kebutaan di Indonesia itu, yang tertinggi kedua di dunia setelah Etiopia. Dengan kondisi seperti itu, maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan merasa harus fokus pada upaya menurunkan angka kebutaan. Karena ternyata dari angka kebutaam yang ada itu, 80 persen diakibatkan katarak,” kata Andy Noya saat melakukan audiensi ke Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Selasa (24/6).

Andy Noya menjelaskan, pihaknya mengapresiasi langkah dan kebijakan yang telah dilakukan Dinas Jateng untuk menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan. Sebab, Dinkes Jateng terus aktif menyiapkan tenaga-tenaga medis untuk bidang kesehatan mata.

“Ini upaya dalam mendukung rencana kerja pemerintahan yang akan datang, berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia berkualitas,” jelasnya.

Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo menambahkan, data prevalensi kebutaan di provinsi ini mencapai 2,7 persen dengan penyebab kebutaan tertingginya adalah katarak sebesar 73,8 persen dari hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB).

Menurutnya, upaya pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan di Jateng dimulai dari pengobatan rutin sampai dengan rehabilitasi.

“Dari sisi prevalensi gangguan penglihatan terutama kebutaan ini, memang Jawa Tengah salah satu provinsi yang cukup tinggi. Dan dari sisi jumlah, juga banyak karena penduduknya Jawa Tengah banyak. Secara prevalensi sekitar 2,7 persen penduduk yang umurnya di atas 50 tahun, yang rentan terjadi gangguan penglihatan dan kebutaan,” ucap Yulianto.

Lebih lanjut Yulianto menjelaskan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi tentang penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan kepada masyarakat. (Bud)

Artikel sebelumnyaDapatkah Sidang MK Menghasilkan Keputusan yang Semakin Memperkuat Proses Demokratisasi di Indonesia?
Artikel selanjutnyaTaufik Kurniawan Dituntut 8 Tahun Penjara