Dinkes Sebut Kasus Leptospirosis di Jateng Masih Tinggi

Semarang, Idola 92.6 FM – Penyakit Leptospirosis biasanya muncul bersamaan dengan bencana banjir yang melanda suatu daerah atau wilayah, dan kerap menjadi ancaman kematian bagi masyarakat sekitar. Sehingga, penyakit Leptospirosis menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Kesehatan Jawa Tengah untuk mengatasinya.

Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengatakan kasus Leptopirosis di wilayahnya, merupakan yang tertinggi dibanding provinsi lainnya. Sebab, sepanjang 2018 kemarin ditemukan 427 kasus dengan angka kematian mencapai 89 orang.

Menurutnya, kasus Leptospirosis paling banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Demak, Klaten, Kota Semarang, Banyumas dan Pati.

Yulianto menjelaskan, Leptospirosis merupakan infeksi bakteri langka yang ditularkan lewat air kencing hewan. Yakni binatang tikus.

“Kasus leptospirosis angka kematiannya cukup tinggi. Dari 427 kasus di 2018, jumlah kasus kematiannya adalah 89 kasus. Jadi, tingkat kematiannya masih 20 persen. Ini menjadi PR bagi kita semua,” kata Yulianto, Jumat (29/3).

Yulianto lebih lanjut menjelaskan, pihaknya menggandeng instansi lain untuk ikut menanggulangi ancaman penyakit Leptospirosis. Di antaranya adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Lingkungan Hidup.

“Kami berupaya yang terbaik untuk mencegah penyakit Leptospirosis. Tapi yang terpenting adalah, masyarakat sadar menjaga kebersihan lingkungan dan keamanan diri dari serangan penyakit. Misal menggunakan sepatu boots ketika berada di daerah genangan,” jelasnya.

Diketahui, penyakit Leptospirosis bisa menyebabkan kematian dengan menginfeksi penderita dalam waktu dua hari sampai empat pekan jika tidak segera ditangani. Biasanya, penderita tidak tahu jika terkena Leptospirosis karena gejalanya mirip demam atau flu biasa. (Bud)

Ikuti Kami di Google News