Semarang, Idola 92.6 FM – Stunting merupakan masalah kesehatan yang serius, dan di Indonesia serta Jawa Tengah persoalan itu masih cukup tinggi. Yakni di atas 20 persen.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Jateng Wahyu Setianingsih mengatakan angka stunting secara nasional tercatat 37 persen, untuk provinsi ini sebesar 24 persen pada 2018 kemarin.
Menurut badan kesehatan dunia atau WHO, jelas Wahyu, kasus stunting di atas 20 persen merupakan persoalan serius dan cukup tinggi.
Wahyu menjelaskan, stunting menggambarkan kondisi atau status gizi dan kesehatan di masa lalu kurang baik. Sehingga, mengakibatkan gangguan pertumbuhan linier. Hal itu dipengaruhi langsung asupan gizi berupa makronutrien dan mikronutrien serta kejadian infeksi.
Menurutnya, stunting bisa dicegah sejak remaja dengan memeriksakan kesehatan secara rutin. Terutama, pencegahan anemia akut dan gangguan energi kronis bagi remaja putri.
“Kita harus menurunkan seminimal mungkin di bawah 20 persen, paling sedikit. Tapi kalau bisa terus diturunkan, hingga tidak ada lagi. Idealnya tidak ada balita stunting. Nah, mencegah stunting tidak bisa dimulai dari balita yang ada tapi dimulau masa remaja sebelum dia hamil. Kalau remaja putri sudah anemia, itu akan menyebabkan munculnya stunting. Remaja dengan masalah kesehatan energi kronis juga bisa sebabkan stunting,” kata Wahyu belum lama ini.
Wahyu lebih lanjut menjelaskan, pada masa remaja putri memasuki jenjang perkawinan dan hamil, maka kebutuhan gizi juga harus dijaga. Terutama kebutuhan protein, asam folat, kalsium dan zat besi.
“Pada saat hamil, kalau anemia dan gangguan energi kronis harus dihilangkan. Dijaga dengan asupan gizi yang cukup, sesuai kebutuhan ibu hamil. Yang bukan kurang dari tinggi rata-rata, tapi tingkat kecerdasannya,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Wahyu, kaum perempuan harus bisa menjaga empat pilar gizi seimbang. Di antaranya membiasanya hidup bersih, melakukan aktivitas fisik seimbang dan memantau perkembangan berat badan. (Bud)