Semarang, Idola 92.6 FM – Sampai dengan pekan pertama September 2019 ini, tercatat sudah ada 896 desa yang terdampak kekeringan pada tahun ini. Bahkan, sudah lebih dari 28 kabupaten/kota di Jateng melakukan droping air bersih untuk warganya.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sudaryanto mengatakan tercatat sudah ada 30 kabupaten/kota yang melakukan droping air bersih, dan beberapa di antaranya juga sudah meminta bantuan ke pemprov. Hal ini mengacu pada prediksi sebelumnya, yang menyatakan jika puncak musim kemarau terjadi pada September 2019.
Sudaryanto menjelaskan, untuk mengatasi kekeringan yang ada di Jateng digelontorkan 11.898 tangki air bersih atau setara dengan 57,5 juta liter air bersih untuk membantu masyarakat.
Bagi daerah yang meminta bantuan ke provinsi, lanjut Sudaryanto, hal itu dikarenakan dana yang dimiliki kabupaten/kota sudah menipis. Sedangkan pemprov, menganggarkan Rp320 juta untuk droping air bersih guna mengatasi kekeringan tahun ini.
“Sampai hari ini sudah ada 28 kabupaten, yang melakukan droping air bersih. Ada tujuh kabupaten yang minta ke provinsi untuk bantuan air bersih yaitu Temanggung, Pati, Wonogiri, Grobogan, Kendal dan Banjarnegara. Sedangkan Purbalingga itu paling banyak, ada 1.500an tangki lebih. Sedangkan data desa yang terdampak kekeringan, dari prediksi 1.259 desa itu hanya 800an desa,” kata Sudaryanto, kemarin.
Lebih lanjut Sudaryanto menjelaskan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan BNPB jika memang dana droping air bersih provinsi menipis. Namun, sejauh ini masih bisa dilakukan pemprov.
“Yang paling penting saat ini, warga bisa memanfaatkan air sehemat mungkin. Pakai tandon air, yang bisa dipakai untuk keperluan MCK,” jelasnya.
Diwartakan sebelumnya, BMKG Stasiun Semarang memprediksi jika puncak kemarau terjadi September 2019 dan awal musim hujan terjadi pada pekan pertama Oktober 2019. Musim hujan di Jateng akan dirasakan warga di wilayah eks Karesidenan Banyumas, dan terakhir di wilayah eks Karesidenan Pati. (Bud)