Bagaimana Peta Jalan yang Mesti Ditempuh untuk Perbaikan Ekonomi agar Perekonomian kita Tidak Rentan terhadap Faktor Eksternal?

Semarang, Idola 92.6 FM – Di luar konteks Pilpres 2019, ada persoalan serius bahwa siapapun presiden yang nanti terpilih mereka akan menghadapi persoalan ekonomi saat ini dan di masa mendatang. Maka, ini penting untuk kita diskusikan berangkat dari tulisan pengamat ekonomi dan pengajar di Unika Atma Jaya Jakarta-A Prasetyantoko di harian Kompas (05/03/2019).

Dalam opini berjudul Jebakan Eksternal itu, Prasetyantoko mengibaratkan “perbaiki atap selagi matahari bersinar”. Nasihat itu relevan saat tekanan eksternal akibat kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed, relatif kendur.

Sepanjang 2018, likuiditas banyak tersedot keluar akibat kenaikan suku bunga beruntun The Fed. Bank Indonesia merespons dengan kenaikan suku bunga sebanyak 6 kali atau 1,75 persen. Memasuki 2019, tekanan jalur keuangan mereda. Rapat Dewan Gubernur BI pada Februari memutuskan suku bunga acuan BI tetap 6 persen. Inilah momen terbaik memperbaiki atap sekaligus pilar rumah kita—begitu Prasetyantoko mengibaratkannya.

Menurut Prasetyantoko, dalam ekonomi, kekuatan pada saat yang sama bisa menjadi kelemahan. Salah satu kekuatan kita menghadapi pelambatan pertumbuhan ekonomi global adalah peran konsumsi domestik yang proporsinya sekitar 55 persen terhadap produk domestic bruto (PDB). Ke depan, menurut Prasetyantoko, perlu transformasi structural berorientasi meningkatkan daya saing perekonomian di semua lini.

Lantas, bagaimana peta jalan yang mesti kita tempuh untuk perbaikan ekonomi agar perekonomian kita tidak rentan terhadap faktor eksternal? Apa saja langkah-langkah konkrit untuk melakukan transformasi struktural dalam upaya meningkatkan daya saing perekonomian di semua lini?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: A Prasetyantoko (Pengamat Ekonomi dari Unika Atma Jaya, Jakarta) dan Yustinus Prastowo (Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA)). (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Ikuti Kami di Google News