Bagaimana Mestinya Negara Merespons Gejolak Aksi Unjuk Rasa agar Tak Berakhir Kekerasan dan Vandalisme?

Bentrok Polisi dan Mahasiswa di Palu (photo: antaranews)
Bentrok Polisi dan Mahasiswa di Palu (photo: antaranews)
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa dan pelajar terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Terkait ini, unjuk rasa di sejumlah daerah mesti dihadapi secara proporsional dan tanpa kekerasan. Dialog dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang muncul.

Dialog perlu secepatnya dilakukan untuk mengatasi perbedaan pendapat terkait sejumlah rancangan undang-undang yang memicu terjadinya gelombang unjuk rasa di sejumlah daerah. Langkah yang proporsional dan jauh dari kekerasan juga dibutuhkan dalam menghadapi unjuk rasa seperti yang kembali terjadi di sekitar kompleks parlemen Jakarta, Rabu (25/09/2019) lalu. Hal ini karena korban telah berjatuhan.

Catatan Polda Metro Jaya, sebanyak 254 orang dirawat jalan dan 11 orang harus dirawat inap akibat kericuhan tersebut. Sebanyak 39 polisi juga cidera. Terbaru, dua mahasiswa Universitas Halu Oleo Randy dan Muh Yusuf Kardawi dikabarkan meninggal dunia pasca rusuh demonstrasi di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kota Kendari, Kamis (26/09/2019). Lantas, bagaimana mestinya negara merespons gejolak aksi unjuk rasa agar tak berakhir dengan kekerasan? Mendiskusikan ini, Radio Idola Semarang mewawancara Peneliti LIPI Sarah Nuraini Siregar. (Heri CS)

Berikut wawancaranya:

Artikel sebelumnyaMendorong Komitmen Pemerintah dalam Merespons Perubahan Iklim Global
Artikel selanjutnyaPositioning Tepat Untuk Kota Semarang