“Kita semua tahu apa yang harus dilakukan, kita hanya tidak tahu bagaimana bisa terpilih kembali setelah kita melakukan itu.”
Semarang, Idola 92.6 FM – Mereka yang mendalami masalah kebijakan tahu, betapa benarnya kata-kata itu. Juncker mungkin terlalu sinis tapi deskripsinya lugas. Ia memang tak bicara tentang Indonesia tetapi ucapannya seperti relevan dengan tantangan bagi Kabinet Indonesia Maju yang baru.
Demikian dikemukakan Muhammad Chatib Basri—pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dalam opininya di harian Kompas kemarin. Menurut Chatib, di tengah ancaman resesi global, ruang kebijakan fiskal dan moneter relatif terbatas. Bank Indonesia memang punya sedikit ruang untuk menurunkan bunga. Namun, kebijakan ini dinilai belum tentu efektif meningkatkan pertumbuhan. Mengapa? Sebab, jika daya beli melemah, maka dunia usaha tak akan melakukan ekspansi usaha. Untuk apa menambah produksi jika permintaan tak ada.
Lantas, manakala tantangan kabinet Indonesia Maju dinilai tak mudah dan Perlambatan ekonomi sudah mulai terasa dan akan berlanjut di 2020, bagaimana menghindari kutukan Periode Kedua Pemerintah Jokowi? Reformasi struktural seperti apa yang mesti dilakukan—sebab untuk mendorong ekonomi tumbuh perlu reformasi struktural?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Fauzi Azis (Pemerhati Masalah Ekonomi dan Industri/ Mantan Dirjen IKM Deperindag) dan Adhi S Lukman (Ketua umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)). (Heri CS)
Berikut diskusinya:
Listen to 2019-11-08 Topik Idola – Fauzi Azis byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2019-11-08 Topik Idola – Fauzi Azis byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2019-11-08 Topik Idola – Adhi S Lukman byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2019-11-08 Topik Idola – Adhi S Lukman byRadio Idola Semarang on hearthis.at