Bagaimana Mendorong Perguruan Tinggi Terus Berinovasi dalam Pembangunan Ekonomi?

Semarang, Idola 92.6 FM – Beberapa waktu terakhir, di media sosial hangat didiskusikan dan diperdebatkan perihal universities disruption yang dipicu artikel Jim Clifton, ”Universities: Disruption is Coming”. Dalam artikel yang ditulis Guru Besar Fakultas Teknik UGM-Sudaryono itu, secara garis besar mempertanyakan dan mengkhawatirkan peran masa depan pendidikan tinggi dalam menyuplai tenaga kerja industri di dunia.

Pemicu ditulisnya artikel tersebut adalah iklan Google dan Ernst & Young yang akan menggaji siapa pun yang bisa bekerja dengannya tanpa harus memiliki ijazah apa pun, termasuk ijazah dari perguruan tinggi. Iklan dari Google dan Ernst & Young tersebut seperti halilintar di siang bolong. Ia mengejutkan dan menyambar kemapanan yang telah dinikmati oleh Perguruan Tinggi di seluruh dunia dalam perannya sebagai penyuplai tenaga ahli, hasil riset, dan pemikiran-pemikiran yang dibutuhkan dunia industry.

Namun, peran penting perguruan tinggi saat ini seakan telah dinihilkan oleh Google dan Ernst & Young, yang sebentar lagi barangkali diikuti oleh perusahaan-perusahaan raksasa dunia yang lain. Lonceng kematian PT seakan telah didentangkan oleh kedua perusahaan raksasa tersebut, menyusul artikel yang ditulis oleh _Terry Eagleton, berjudul ”The Slow Death of the University” pada 2015 silam.

The Slow Death of the University – Terry Eagleton.

Artikel Eagleton memberikan gambaran bahwa PT sedang melakukan bunuh diri massal melalui pengabaian pada tugas utamanya, yakni ”pendidikan”, karena telah bergeser lebih mengutamakan ”riset dan publikasi”. Lebih menyedihkan lagi, tradisi hubungan dosen dan mahasiswa yang seharusnya berbasis ”guru dan siswa” telah bergeser menjadi ”manager dan pelanggan”.

Terkait tema ini, Ketua Dewan Riset Nasional Bambang Setiadi dalam Orasi Dies Natalis ke-43 Universitas Sebelas Maret (UNS) mengemukakan memasuki era saat ekonomi digerakkan teknologi, perguruan tinggi harus berubah dengan kecepatan tak biasa. Selain mempertahankan misi utama mendidik generasi berikutnya dan membentuk budaya-budaya baru bersumber pengetahuan, perguruan tinggi juga harus berkembang mendorong inovasi dalam pembangunan ekonomi. Bambang menyebutkan, perguruan tinggi harus bisa memenuhi tantangan revolusi digital secara langsung dan memainkan peran yang semakin penting dalam ekosistem ekonomi berbasis inovasi.

Lantas, di tengah kepungan berbagai tantangan di era revolusi industry 4.0, bagaimana mendorong Perguruan Tinggi terus berinovasi dan berperan dalam pembangunan ekonomi? Paradigma pendidikan seperti apa pula yang mesti diubah agar perguruan tinggi tetap relevan dan terjebak pada bunuh diri massal?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr Bambang Setiadi (Ketua Dewan Riset Nasional) dan Prof Nuhfil Hanani (Rektor Universitas Brawijaya (UB) Malang). (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaGanjar: Dana Baznas Bisa Digunakan Untuk Atasi Persoalan 1,6 Juta RTLH
Artikel selanjutnyaBagaimana Mestinya Pemerintah Merespons Tragedi Jatuhnya Pesawat Boeing 737 Max-8 di Ethiopia?