Rendahnya Nilai Ekspor Indonesia Dibanding Negara Tetangga, Ada Apa?

Semarang, Idola 92.6 FM – Presiden Joko Widodo baru-baru ini kembali menegur menterinya saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan. Presiden kecewa karena kinerja ekspor Indonesia, sepanjang 2016 kalah jauh dibandingkan negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, atau Vietnam. Jokowi mengatakan, dari data yang diperoleh presiden, Thailand mampu melakukan ekspor mecapai 231 milar dolar AS, Malaysia 184 miliar dolar AS, dan Vietnam 160 miliar dolar AS. Sedangkan, Indonesia hanya mampu menembus angka 145 miliar dolar AS.

Jokowi membeberkan, jika dilihat dari jumlah penduduk, Indonesia unggul dari negara tetangga. Penduduk Thailand saat ini sekitar 68,86 juta, Malaysia 31,9 juta, dan Vietnam 92,7 juta jiwa. Artinya, sumber daya manusia (SDM) di Indonesia sangat berlimpah. SDM inilah yang harus diolah secara bersama-sama agar bisa menghasilkan perekonomian yang tinggi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menegur Kemendag yang dianggap bekerja terlalu monoton. Kemendag hanya bisa mengandalkan pasar-pasar tradisional dalam menyalurkan barang ekspor. Padahal, pasar non-tradisional seperti di Asia dan Afrika sangat banyak. Jokowi mendesak Menteri Enggar untuk melakukan evaluasi dan membuat gagasan-gagasan baru agar Indonesia bisa bersaing dengan negara lain dalam hal perdagangan. Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berkilah jika salah satu penyebabnya menurunnya jumlah ekpor Indonesia akibat negosiasi perdagangan yang makin sulit akibat banyak negara lain yang mulai menerapkan kebijakan proteksionisme.

Lantas, apa sebenarnya faktor yang membuat ekspor kita kalah saing dengan negara-negara tetangga lain? Upaya apa yang bisa dilakukan untuk mendongkrak kinerja ekspor kita? Benarkah, ini karena kebijakan proteksionisme yang dilakukan Negara-negara lain? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM mewawancara Ahmad Heri Firdaus (Pengamat Ekonomi dari INDEF (Institute for development of Economics and Finance)). (Heri CS)

Berikut Wawancaranya:

Ikuti Kami di Google News