Refleksi Hardiknas, Bagaimana Menginternalisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Dunia Pendidikan

Semarang, Idola 92.6 FM – Hari ini 2 Mei, bangsa kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Pendidikan merupakan sarana negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seperti termaktub dalam UUD 1945. Namun, memasuki revolusi industri 4.0 dan gempuran perkembangan yang mendisrupsi kemapanan, pendidikan kita dihadapkan pada banyak persoalan.

Mulai dari akses pendidikan, kompetensi guru, persebaran pengajar, infrastruktur yang belum memadai, hingga ancaman radikalisme di kalangan kampus. Singkatnya, pemerintah terus berupaya memperbaiki namun dari hulu hingga hilir masih menyisakan pekerjaan yang belum sepenuhnya selesai.

Salah satu persoalan laten yang mengemuka di dunia pendidikan adalah ancaman radikalisme di kalangan generasi muda. Baru-baru ini, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Gunawan, mengungkapkan fakta yang mencengangkan.

Sekitar 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi telah terpapar paham radikal. Kondisi itu berdasarkan penelitian BIN yang dilakukan pada 2017 lalu. Menurut mantan Wakapolri tersebut, sebanyak 15 provinsi di Indonesia menjadi perhatian pergerakan radikalisme itu. Dari penelitian itu juga diketahui tiga perguruan tinggi di Indonesia mendapat perhatian karena kondisinya bisa menjadi basis penyebaran paham radikal. Ini begitu ironis di tengah makin masifnya media sosial yang dijadikan alat untuk menyebarkan berita palsu (hoax) dan intoleransi bernuansa SARA.

Lantas, merefleksi Hari Pendidikan Nasional, bagaimana menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dalam Dunia Pendidikan? Bagaimana pula mencegah paham radikalisme masuk ke lingkungan kampus? Bagaimana pula mestinya kita memaknai ajaran Ki Hajar Dewantara dalam menyiapkan generasi muda unggul dan berdaya saing di masa mendatang?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Wawan Hari Purwanto (Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) / pengamat terorisme dan intelijen dari UI) dan Prof Asep Saefuddin (Rektor Universitas Al Azhar Jakarta). (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Ikuti Kami di Google News