Semarang, Idola 92.6 FM – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan batik Rifa’iah bisa menembus pasar ekspor. Hal itu disampaikannya di acara Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018 di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, awal pekan kemarin.
Menurutnya, batik Rifa’iah tidak sekadar coretan malam di kain tanpa makna. Karena, pembuatnya membacakan salawat dalam setiap prosesnya.
“Kalau bisa ditampilkan akan menjadi keunggulan bagi Batang yang akan kita jual. Kalau nanti masuk, maka kita akan punya potensi komoditas ekspor. Kita bisa mendukung promosnya, pemasarannya dan kalau keterbatasan anggaran bisa kita dukung bantuan permodalnya,” kata Ganjar.
Oleh karena itu, lanjut Ganjar, pemprov akan mencoba memfasilitasi para perajin batik Rifa’iah Batang untuk memasarkan produknya ke luar negeri. Namun, syarat yang harus dipenuhi perajin harus bisa meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas batiknya.
Sementara, salah satu perajin batik Rifa’iah, Mutmainah mengatakan kain batik Rifa’iah diproduksi orang-orang penganut Rifa’iah.
Menurutnya, keunggulan dari kain batik Rifa’iah adalah penggunaan teknik kuno di dalam pembuatannya. Selain itu, keistimewaan dari batik Rifa’iah adalah motif yang dipakai hanya berupa tumbuhan atau bunga tidak ada motif hewan.
“Kalau kami itu masih menggunakan teknik-teknik kuno, motifnya juga masih klasik. Keunggulan dari batik ini nyantingnya bolak balik di dua sisi. Batik-batik Rifa’iah itu warnanya juga kuat dan bisa tahan sampai puluhan tahun,” ujar Mutmainah.
Lebih lanjut Mutmainah menjelaskan, untuk menyelesaikan selembar kain batik Rifa’iah dibutuhkan waktu antara 3-6 bulan. Sedangkan harga kain batik Rifa’iah, dijual mulai harga Rp500 ribu hingga Rp3 juta. (Bud)