Bagaimana Mengarusutamakan Isu Kesehatan Mental Remaja agar Tak Mengganggu Puncak Bonus Demografi dan SDGs?

Semarang, Idola 92.6 FM – Remaja merupakan fase perkembangan yang akan dialami semua orang dewasa. Masa transisi itu membuat mereka distigma sebagai pribadi labil, nakal, dan rentan masalah. Mereka hanya dianggap sebagai calon pemimpin masa depan meski kini mereka bisa memimpin.

Namun, yang terjadi saat ini banyak dijumpai, remaja menjadi kelompok populasi tersisih. Meski bukan anak-anak, mereka kerap diperlakukan bak anak-anak yang harus selalu dibimbing. Di sisi lain, mereka belum dianggap sebagai orang dewasa berpikir rasional yang bisa mengambil keputusan dan bertanggung jawab.

Di sisi lain, tantangan remaja saat ini jauh lebih rumit ketimbang dekade sebelumnya. Remaja masa kini tumbuh di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat mengubah dunia. Tanpa disadari, kemajuan teknologi tersebut bisa menghambat kematangan sosial dan emosi mereka.

Selain itu, kesehatan mental remaja bisa disebut masih terpinggirkan. Padahal, ke depan, generasi remaja akan menghadapi sejumlah tantangan yang tak mudah di era Revolusi Industri 4.0. Apalagi kita juga tengah menyongsong Puncak Bonus Demografi pada tahun 2020-2030. Jika persoalan ini tak segera ditangani, puncak Bonus Demografi dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) tak akan bisa tercapai.

Lantas, di tengah kita menyongsong puncak Bonus Demografi dan menyiapkan generasi emas 2045, bagaimana mengarusutamakan isu kesehatan mental remaja kita? Upaya strategis apa yang mesti dilakukan pemerintah agar generasi muda tak rentang mengalami gangguan kesehatan mental? Sudah sejauh mana langkah nyata yang dilakukan pemerintah?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Benny Prawira (pendiri dan koordinator Into The Light (ITL), komunitas peduli pencegahan bunuh diri) dan Diana Setiyawati (peneliti pada pusat kesehatan mental Fakultas Psikologi UGM). [Heri CS]

Berikut diskusinya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnya1.481 Bidang Tambahan Untuk Lahan Tol Semarang-Batang
Artikel selanjutnyaSelama 19 Tahun, SOLOPEDULI Beri Sumbangan 3,9 Juta Jiwa