Semarang, 92.6 FM-Pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan, menjadi mata pelajaran yang wajib untuk diajarkan di setiap sekolah. Tidak hanya di sekolah negeri atau swasta, tetapi juga sekolah internasional yang berada di Tanah Air.
Pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan serta Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang wajib, dan tidak boleh dihilangkan. Pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan memberikan nilai-nilai moral yang harus diterima siswa sejak dini. Sehingga, di masa yang akan datang nilai-nilai Pancasila masih melekat di pikirannya.
President Gandhi Seva Loka Shyam Rupchand Jethnani mengatakan sangat penting pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan, sehingga pihaknya tidak menghilangkannya. Meskipun sekolah berlabel internasional dan sebagian siswanya adalah ekspatriat, namun pelajaran itu tetap wajib diberikan.
“Pelajaran Pancasila itu wajib di sekolah-sekolah. Ya Pancasila, ya Bahasa Indonesia. Mau ekspatriat atau siswa lokal, tetap harus mendapat pelajaran Pancasila,” kata Shyam, di sela peletakan batu pertama pembangunan Gandhi Memorial International School Semarang, Jumat (6/10).
Menurutnya, selain mengajarkan pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan, pihaknya menerapkan kurikulum international baccalaureate (IB). Yakni, kurikulum yang mendorong setiap anak berpikir bebas, kreatif, berkarakter dan berwawasan global.
Untuk di Kota Semarang dan Jawa Tengah, lanjut Shyam, kurikulum itu merupakan yang terbilang baru. Karena, di 199 negara di dunia sudah menerapkannya.
Sementara, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Muljono menyatakan, kemunculan sekolah internasional baru di Kota Semarang diharapkan bisa memberikan angin segar bagi dunia pendidikan. Terutama, untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan.
“Sekolah internasional bisa memberi warna di dunia pendidikan dan ikut memajukan pendidikan daerah sekitar. Sehingga, akan meningkatkan APM dan APK,” jelasnya.
Muljono menjelaskan, pihaknya tetap mengawasi setiap pembangunan sekolah internasional, agar tidak berbenturan dengan sekolah lokal yang ada didekatnya. Sehingga, bisa dicegah persaingan tidak sehat dalam penerimaan siswa didik. (Bud)