Semarang, 92.6 FM-Persoalan terkait intoleransi di Tanah Air, sekarang ini terus terjadi. Pemicunya bisa beraneka sebab dan dari mana saja.
Mulai dari persoalan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Bahkan, di beberapa media sosial, informasi tentang perselisihan yang menjurus pada intoleransi sangat mudah ditemukan.
Dewan Pembina Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Ali Mufiz mengatakan, gejala munculnya intoleransi sekarang ini harus diwaspadai, jangan sampai menjadi bahaya laten bagi keutuhan bangsa. Guna mengikis gejala intoleransi itu, harus terus diintensifkan pertemuan antara kelompok agama dan masyarakat, sehingga tidak ada beda pendapat.
Mantan gubernur Jawa Tengah itu menjelaskan, sebagai langkah awal mengikis intoleransi di Tanah Air, Jawa Tengah siap menjadi model kerukunan antar-agama dan antarumat. Sehingga, pihak-pihak tertentu yang akan memerkeruh suasana tidak mudah memasukinya.
“Untuk menjunjung tinggi toleransi, mungkin perlu diawali dari Jawa Tengah sehingga bisa menjadi model bagi seluruh daerah Indonesia. Persoalan tentang intoleransi ini jangan dibiarkan, tetapi harus disikapi dengan serius dan bijak,” kata Ali Mufiz, Jumat (3/2).
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah K.H Ahmad Darodji menambahkan, momentum pertemuan dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian nanti malam (Jumat, 3/2) di Mapolda akan dimanfaatkan para ulama di Jawa Tengah untuk bertukar pikiran. Hanya saja, dirinya belum bisa menjelaskan materi apa yang akan disampaikan.
“Nanti saja kita lihat, apa yang akan disampaikan ulama kepada kapolri,” tandas Ahmad. (Bud)