Jakarta, Idola 92.6 FM – Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan sebenarnya, tutupnya toko ritel bukan karena daya beli masyarakat yang menurun.
Menurutnya, analisa tersebut berasal dari salah baca data yang dilakukan sejumlah pihaknya mengenai lesunya daya beli masyarakat. Sehingga, mengisyaratkan jika daya beli masyarakat benar-benar mengalami penurunan.
Iskandar yang juga menjabat Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) itu menjelaskan, yang selama ini terjadi sebenarnya ada perubahan pola belanja masyarakat saja, bukan pelemahan daya beli. Jika biasanya belanja secara offline, sekarang menjadi online dan daya beli konsumen tidak terganggu.
“Kalau kita lihat, pertumbuhan ekonominya stabil dan cenderung naik. Nah, biasanya orang paling utama membeli barang itu kan untuk tujuan konsumsi. Mungkin, memang ada fenomena yang menarik dan memukul industri dalam negeri. Yaitu, ada pola switching dari belanja offline menjadi online,” kata Iskadar di sela Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia 2017, Senin (20/11).
Oleh karenanya, agar toko-toko ritel tetap beroperasi seperti sedia kala maka perlu ada kolaberasi antara belanja offline dengan online. Terutama, produk-produk dalam negeri agar menjadi unggulan dan diminati masyarakat di samping produk impor.
Diketahui, pertumbuhan ekonomi dalam negeri di empat triwulan terakhir ini justru mengalami peningkatan. Pada triwulan keempat 2016 lalu, pertumbuhan ekonominya mencapai 4,94 persen. Di triwulan berikutnya, pertumbuhan ekonomi naik menjadi 5,01 persen dan bertahan hingga triwulan kedua 2017. Sedangkan di triwulan ketiga 2017, pertumbuhan ekonominya naik menjadi 5,06 persen. (Bud)