Semarang, 92.6 FM-Saat ini, bangsa Indonesia sedang diuji dengan berbagai permasalahan yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan. Masyarakat digiring untuk saling berlawanan dan bermusuhan, baik antar-individu maupun kelompok atas dasar SARA dan kepentingan lainnya.
Komitmen terhadap Bhinneka Tunggal Ika hendak digoyahkan lewat politisasi agama dan identitas. Politisasi agama dan identitas telah memakan banyak korban. Ada pihak-pihak yang hendak mengubah kesepakatan awal pendirian NKRI dan hendak mengganti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945.
Beberapa kota di Indonesia muncul gerakan seribu lilin, yang intinya ingin memertahankan keutuhan bangsa dan Bhinneka Tunggal Ika. Termasuk di Kota Semarang, yang dipusatkan di Taman Menteri Supeno, Jumat (12/5).
Salah satu tokoh masyarakat sekaligus pengusaha di Kota Semarang, Haryanto Halim yang terlihat hadir ikut menyuarakan tentang fenomena kebangsaan. Aksi yang dilakukan itu bukan karena memdukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, tetapi mengenai keutuhan bangsa. Sehingga, masyarakat di Kota Semarang bergandengan tangan menjaga NKRI, agar tidak dirusak oknum anti Pancasila.
“Saya datang ke sini (Taman Menteri Supeno) untuk menyuarakan keadilan. Apa yang saat ini terjadi, bukan untuk membela Ahok, tapi semata-mata demi NKRI, bangsa Indonesia,” kata Haryanto.
Sementara itu, Koordinator Persatuan Lintas Agama (Pelita) Setyawan Budi menambahkan, dalam rangka menjaga keutuhan NKRI yang Bhinneka Tunggal Ika serta kedamaian dan ketenteraman Jawa Tengah, pihaknya menyerukan dukungan kepada pemerintah untuk menindak tegas oknum dan organisasi yang anti kebhinnekaan dan anti Pancasila, sesuai prosedur hukum yang adil. Menuntut pemerintah mencabut aturan penodaan agama, karena rentan digunakan sebagai senjata politisasi agama dan menghalangi kebebasan berekspresi khususnya kelompok subordinat.
“Kami juga meminta seluruh elemen masyarakat untuk mengakui, menerima dan menghargai perbedaan, tidak terhasut informasi yang bida memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI. Masyarakat proaktif menjaga NKRI tetap satu dalam keragaman, hidup damai, rukun dan penuh cinta kasih sekaligus berkeadilan sosial,” ujarnya.
Selama melaksanakan aksi seribu lilin kebangsaan di Taman Menteri Supeno, seluruh peserta aksi menggunakan pakaian serba merah, baik pria maupun wanita. (Bud)