Bandung, 92.6 FM–PT Phapros Tbk bersama PT Mitra Rajawali Banjaran, anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) bekerjasama membangun fasilitas produksi alat kesehatan, yakni Scaffold Hydroxyapetite. Produk kerja sama itu akan diproduksi di pabrik PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB), di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Produk Scaffold Hydroxyapatite merupakan hasil hilirisasi riset produk alat kesehatan dalam negeri, dari periset Dr. dr. Ferdiansyah, Sp.OT dari RSUD Dr. Soetomo. Scaffold yang akan diproduksi Phapros, merupakan contoh sinergisme Academician-Business-Government-and Community. Produk tersebut bisa dimanfaatkan, sebagai komponen implantasi penopang tulang dan gigi.
Komisaris Utama Phapros sekaligus Direktur Keuangan RNI M. Yana Aditya mengatakan kerja sama antara Phapros dengan PT Mitra Rajawali Banjaran, merupakan sinergi anak perusahaan RNI dalam mendukung upaya kemandirian alat kesehatan (alkes) nasional.
Kerja sama itu, jelas Yana, sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Untuk itu, pihaknya menggagas kolaborasi antara Phapros yang punya modal dan teknologi, dengan MRB selaku pemilik lahan dan aset bangunan. MRB juga memiliki sederet izin, di antaranya izin industri dan sertifikasi pengembangan alat kesehatan.
“Tak hanya memanfaatkan asset idle yang dimiliki PT MRB, Phapros juga akan melakukan transfer knowledge kepada sumber daya manusia yang dimiliki MRB terkait hal–hal teknis yang berkaitan dengan produksi Scaffold Hydroxyapetite tersebut,” kata Yana dikutip dari rilis yang diterima Radio Idola.
Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami menambahkan, fasilitas produksi yang tengah dibangun itu ditargetkan bisa beroperasi penuh di semester kedua 2018 mendatang. Produk Scaffold Hydroxyapetite saat ini beredar sebagai bone filler, dan 100 persen merupakan produk impor dari beberapa negara.
“Produk ini akan menjadi alkes Scaffold Hydroxyapetite lokal pertama di Indonesia. Pada tahun ketiga nanti, kami berharap sudah bisa memperoleh omzet sebesar Rp10 miliar. Fasilitas produksi yang saat ini dibangun, memang kapasitasnya masih medium, tapi ke depannya dengan bertumbuhnya pasar alkes mencapai 13 persen, maka fasilitas ini akan terus berkembang baik dari sisi kapasitas maupun pertambahan varian produk Hydroxyapetite yang lain,“ ujarnya.
Sebelumnya, di awal 2017 telah disepakati kerja sama antara Phapros dan RNI yang ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Direktur Utama PT Phapros Barokah Sri Utami dengan Direktur PT Mitra Rajawali Banjaran Ahmad Sufi, terkait penggunaan asset idle MRB untuk produksi alat kesehatan Scaffold Hydroxyapetite di kantor RNI, Jakarta. (Bud)