Semarang, 92.6 FM-Kebutuhan akan rumah bagi masyarakat, setiap tahun terus bertambah. Sehingga, para pengembang perumahan banyak yang kewalahan memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat. Baik rumah bersubsidi atau rumah menengah ke atas.
Salah satu pengembang rumah sederhana PT Alima, Fachron mengatakan, pada tahun ini dirinya mengaku sudah tidak lagi membangun rumah murah. Rumah murah tahap ketiga yang diresmikan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pada medio Mei 2017 kemarin, merupakan tahap terakhir dirinya menggarap rumah murah di daerah Karangroto Genuk.
Menurutnya, membangun rumah murah sekarang ini sudah sangat sulit, karena berkaitan dengan harga tanah sebagai pokok dari penyediaan rumah. Pada saat akan menggarap kawasan Karangroto Genuk, dirinya membeli tanah per meternya Rp150 ribu dan sudah dianggap tipis dengan harga jual rumah nantinya. Namun sekarang, di tempat yang sama harga tanahnya sudah mencapai Rp300 ribu-Rp400 ribu per meter. Sehingga, ia akan berhenti sejak membangun rumah sederhana.
Namun, jika pemerintah setempat mempunyai tanah untuk digarap menjadi kawasan rumah murah, dirinya dan beberapa pengembang lainnya siap untuk membangun.
“Harga tanahnya naik sudah tidak karuan, jadi ini yang terakhir kami bangun rumah subsidi. Karena harga tanah dan harga jual rumah sudah tidak sebanding. Kalau Pak Wali bisa memfasilitasi tanah dipakai untuk rumah subsidi, kami siap,” kata Fachron.
Diketahui, PT Alima sebagai pengembang perumahan subsidi Mutiara Hati Karangroto Genuk menggarap lahan seluas empat hektare. Total rumah sederhana yang dibangun sebanyak 300 unit dan sebanyak 30 unit belum terjual. (Bud)