Membaca Tantangan dan Peluang Dunia Usaha di Era Disrupsi

Semarang, Idola 92.6 FM – Saat ini dunia sedang memasuki era disrupsi. Disrupsi secara sederhana bisa dikatakan sebagai inovasi yang mengganggu sesuatu yang sudah nyaman. Di dunia usaha, selalu diwarnai dengan adanya dominasi atau monopoli pada suatu era hingga kemudian pada suatu massa akan digusur pelaku monopoli baru. Pada kurun 1970-an, jagat industri teknologi komputer dikuasai oleh IBM. Pada saat itu, tidak semua perkantoran mampu memilikinya. Namun, seiring perkembangan, posisi IBM yang seolah memonopoli piranti lunak sistem komputer digeser oleh Bill Gates melalui adikarya Microsoft-nya.

Hampir seperti siklus, Microsoft pun setelah masa kejayaannya mulai digeser dengan temuan Google pada kurun 1990-an. Hingga kini Google seolah menguasai jagat di era teknologi modern abad 21. Posisi monopoli yang dimiliki Google menghasilkan nilai tambah yang besar karena dengan hal itu mereka mampu melakukan pengembangan yang tak bisa dilakukan oleh corporate lainnya.

Di Indonesia, terkait dengan fenomena dampak disrupsi kita bisa melihat pada mulai bergugurannya gerai-gerai jual beli konvensional. Toko ritel modern tumbang oleh maraknya jual beli online. Contoh lain, Blue Bird yang dahulu merupakan raksasa besar bisnis jasa transportasi justru kini turut ndompleng pada pemain baru perusahaan transportasi berbasis aplikasi onlie–Go Jek.

Lantas, membaca tantangan dan peluang dunia usaha di era Disrupsi, bagaimana prospek ekonomi pada tahun 2018? Langkah taktis apa yang mesti dilakukan kalangan usaha untuk menyongsong berbagai tantangan di era disrupsi?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Solihin (Ketua APINDO DKI Jakarta) dan Andreas Lako (Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang). [Heri CS]

Berikut Perbincangannya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaKAI Siapkan Jalur Kereta Jelang Natal dan Tahun Baru 2018
Artikel selanjutnyaKPU Serentak Gelar Pencocokan dan Penelitian Pemilu 2019 Pada Januari 2018