Salatiga, 92.6 FM-Proses pembangunan infrastruktur di Tanah Air sering mengalami hambatan, karena banyak warga tidak mendukung proyek yang dikerjakan pemerintah. Salah satunya, tentang proses pembebasan lahan yang berbelit dan tidak mencapai kata sepakat mengenai harga tanah milik warga.
Hal itu membuat proses distribusi barang dan jasa, jika berkaitan dengan jalan tol akan membuat barang-barang menjadi mahal. Pernyataan itu dikatakan Presiden Joko Widodo, ketika meresmikan jalan tol Semarang-Solo seksi III Bawen-Salatiga, Senin (25/9) sore.
Menurut Jokowi, pembangunan jalan tol di Tanah Air membutuhkan dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, BUMN dan kalangan swasta. Karena, membangun jalan tol memang harus kerja keras semua pihak.
Jokowi menjelaskan, jika proses pembangunan jalan tol di Tanah Air sering terganjal, maka akan berpengaruh pada biaya logistik. Karena, biaya logistik Tanah Air 2-3 kali lipat lebih mahal daripada Malaysia dan Singapura. Sehingga, dengan panjang jalan tol saat ini yang baru mencapai 780 kilometer, ditargetkan hingga lima tahun selama masa kepemimpinannya bisa menjadi 1.800 kilometer.
“Masak kita berpuluh tahun hanya 780 kilometer, padahal yang namanya Tiongkok satu tahun bisa empat ribu sampai lima ribu kilometer. Pada saat jalan tol Jagorawi kita punyai di tahun 1977 semua orang datang melihat. Niru manajemennya, niru konstruksinya, semuanya niru negara-negara di sekitar kita. Sekarang mereka punya beribu kilometer, kita masih 780 kilometer,” kata Jokowi.
Lebih lanjut mantan gubernur DKI Jakarta itu menjelaskan, untuk jalan tol Trans Jawa yang dikerjakan sekarang ini diharapkan pada 2018 akhir dari Jakarta ke Surabaya dan Probolinggo sudah bisa tersambung. Selain itu, dari ujung barat di Banten ke Banyuwangi juga diharapkan 2019 selesai pengerjaannya. (Bud)