Semarang, 92,6 FM-Hampir 90 persen lebih pembeli perumahan di Jawa Tengah, membeli rumah dengan cara kredit menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR). Rumah yang paling banyak dicari, dengan rentang harga Rp300 juta sampai Rp700 juta.
Namun, beberapa tahun belakangan ini penjualan rumah di Jawa Tengah mengalami penurunan. Sejumlah pameran rumah yang digelar, ternyata tidak mampu mendongkrak penjualan. Akibatnya, banyak pengembang perumahan yang mengaku mengalami kelesuan.
Wakil Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) Bidang Humas dan Publikasi Dibya Hidayat mengatakan dua bulan menjelang tutup tahun, penjualan rumah melalui pameran hanya tercapai 70 persen saja. Bahkan, beberapa kali pameran hasilnya jeblok.
Oleh karena itu, jelas Dibya, untuk mendongkrak penjualan rumah sejumlah pengembang mencoba mengambil langkah-langkah perubahan penjualan. Salah satunya, lewat cara diversifikasi produk rumah. Sehingga, masyarakat diharapkan bisa menggeliat daya belinya.
Menurutnya, diversifikasi produk mengambil segmentasi yang dianggap paling banyak peminatnya. Yakni, untuk ukuran rumah mulai dari tipe 36.
“Kita harus menyesuaikan terhadap serapan pasar. Jadi, serapan pasar yang di kelas menengah ini cukup rendah. Banyak developer mendiversifikasi produk di kelas yang marketnya lebih tebal,” kata Dibya, Jumat (20/10).
Lebih lanjut Dibya menjelaskan, wilayah yang mendukung untuk lokasi diversifikasi produk perumahan di antaranya ada di Kecamatan Gunungpati, Mijen dan Genuk. Sebab, lahan yang tersedia masih mencukupi untuk dibuka permukiman baru.
Namun demikian, jelas Dibya, tetap perlu ada campur tangan dari pemerintah setempat dalam hal penyediaan infrastrukturnya. “Infrastruktur tidak hanya jalan, tapi juga listrik dan air,” tandasnya. (Bud)