Semarang, 92.6 FM-Ketahanan pangan menjadi isu strategis di Tanah Air, karena merupakan tumpuan utama bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sebab, ketahanan pangan berhubungan erat dengan permasalahan sosial ekonomi lain. Misalnya tingkat kestabilan dan keterjangkauan harga komoditas.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra mengatakan persoalan ketahanan pangan juga tidak lepas dari stabilisasi harga pangan. Menurutnya, sehingga berkaitan erat untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sebab, kestabilan harga pangan sangat ditentukan dari sistem logistik yang tidak hanya berfungsi sebagi penyimpanan dan distribusi hasil pertanian, tetapi juga memertahankan kualitas.
Oleh karena itu, jelas Rahmat, upaya yang dilakukan pihaknya dengan pembentukan klaster di seluruh Jawa Tengah dan Yogyakarta. Karena, klaster-klaster yang dibuat BI bertujuan untuk menstabilkan harga pangan, terutama volatile food.
Salah satu yang akan didorong, lanjut Rahmat, yang bisa digerakkan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kestabilan harga serta peningkatan petani perlu ada pembentukan kelembagaan bagi kelompok petani.
“Kita tidak hanya membantu aspek produksi tapi juga aspek kelembagaan. Karena, para petani ini kita gabungkan dalam satu kelompok. Kalau Gapoktan bisa lebih formal dalam bentuk koperasi, maka bisa bagus di sisi ekonomi para petani,” kata Rahmat, Selasa (10/10) siang.
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, pihaknya juga terus mendorong peningkatan ketahanan pangan secara menyeluruh melalui kelembagaan petani. Sehingga, kestabilan dan keterjangkauan harga komoditas bisa berhasl dijaga dengan baik.
Menurut Rahmat, para petani di Jawa Tengah yang bisa dirangkul menjadi kelembagaan formal akan mampu menjaga inflasi di provinsi ini. “Sampai dengan September 2017, inflasi tetap terkendali di angka 2,75 persen year to date,” tandasnya. (Bud)