Semarang, 92.6 FM-Harga beras di Jawa Tengah yang mengalami kenaikan, memberikan sumbangan terjadinya inflasi di provinsi ini.
Tercatat, inflasi Jawa Tengah pada September 2017 sebesar 0,20 persen. Laju inflasi Jawa Tengah terbilang cukup besar jika dibanding inflasi nasional, yang hanya sebesar 0,13 persen saja.
Selain kenaikan harga beras, komoditas lain yang menyumbang terjadinya inflasi di Jawa Tengah adalah bahan bakar rumah tangga, pendidikan, nasi dengan lauk dan angkutan udara.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah Margo Yuwono mengatakan inflasi pada September 2017 lebih tinggi bila dibandingkan bulan sebelumnya, karena sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,51 persen.
Jawa Tengah, jelas Margo, ada empat kota yang mengalami inflasi. Yakni Kota Semarang sebesar 0,34 persen, Kabupaten (0,25 persen), Kota Tegal (0,12 persen) dan Kabupaten Kudus (0,10 persen).
Sementara, ada beberapa kota di Jawa Tengah justru mengalami deflasi. Yaitu Kota Surakarta dan Kecamatan Purwokerto Kabupaten Banyumas, mengalami deflasi masing-masing 0,06 persen.
“Inflasi kita ini cukup tinggi, ya. Di September 2017 itu 0,20 persen. Kalau dibandng nasional cukup tinggi kita, nasional hanya 0,13 persen. Penyebabnya itu karena kenaikan harga beras yang menyumbang mempunyai andil sebesar 0,931 poin. Ini penting untuk menjadi perhatian, karena beras itu andilnya besar dalam iinflasi,” kata Margo, Senin (2/10).
Meski Jawa Tengah mengalami inflasi, lanjut Margo, masih ada komoditas yang mampu meredam laju inflasi. Yakni bawang merah, bawang putih, cabai rawit dan daging ayam ras.
Margo menjelaskan, laju inflasi tahun kalender September 2017 sebesar 2,73 persen lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender September 2016 yang hanya 1,52 persen.
Sedang untuk laju inflasi year on year september 2017 sebesar 3,58 persen, lebih tinggi dari periode sebelumnya yang hanya 2,71 persen. (Bud)