Membaca Fenomena Kekerasan Pada Dan Oleh Anak-anak Serta Remaja

(Ilustrasi: jowonews.com)

Semarang, Idola 92.6 FM – Kekerasan terhadap dan dilakukan oleh anak serta remaja yang terjadi belakangan ini terutama di Nusa Tenggara Timur, Lamongan Jawa Timur, dan Bantul Yogyakarta menimbulkan keprihatinan. Pelaku di Kabupaten Sabu Raijua melukai tujuh siswa di SD Negeri 1 Sabu Barat Nusa Tenggara Timur yang tengah belajar di kelas. Di Bantul DIY, seorang pelajar tewas ditikam oleh pelajar SMA di daerah Bantul saat bersama teman-temannya pulang dari berwisata di Gunung Kidul. Dan, di Lamongan, Jawa Timur, 16 santri pondok pesantren di Kranji Paciran, disangka menyebabkan tewasnya seorang santri.

Kekerasan terhadap anak dan remaja apalagi sampai menyebabkan kematian, seharusnya tidak terjadi lagi di tengah upaya pemerintah meningkatkan perlindungan pada anak. Masih hangat dalam ingatan, Presiden Joko Widodo sampai perlu mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 tahun 2016 tentang Perlindungan Anak ketika kekerasan seksual terhadap anak semakin keji.

Kita sulit menerima penjelasan kekerasan itu hanya kenakalan remaja seperti diucapkan seorang pejabat Polri. Dengan mereduksi kekerasan sebagai kenakalan, masyarakat seolah diminta memaklumi kekerasan. Kalau kita meyakini usia remaja adalah masa mencari jati diri dan remaja memerlukan model peran, kita mendesak pemerintah mencari solusi segera. Kita tidak ingin remaja kita kelak menjadi warga negara yang menghalalkan kekerasan dalam menunjukkan jati diri.

Lantas, membaca fenomena kekerasan yang mendera dan dilakukan oleh anak serta remaja, bagaimana ke depan pemerintah dan segenap masyarakat menyikapi hal ini? Bagaimana pula menanamkan pendidikan karakter pada anak sehingga mereka terhindar dari aksi-aksi kekerasan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kita akan berdiskusi bersama beberapa narasumber, yakni: Susanto (Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)) dan Ratna Megawangi PhD (dosen IPB dan Pendiri Indonesia Heritage Foundation). (Heri CS/Ilustrasi: jowonews.com)

Berikut Perbincangannya:

Ikuti Kami di Google News