Semarang, Idola 92.6 FM – Pengelola Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang mengakui BRT tidak profit atau tidak menguntungkan. Kepala BLU (Badan Layanan Usaha) BRT Semarang, Joko Umboro Jati mengatakan, jika ingin profit, maka tarif BRT perlu dinaikkan sekitar 6.500 hingga 7.000 rupiah per orang. Joko umboro mengatakan, tahun 2015 lalu, total penumpang BRT sebanyak 8 juta orang. Anggaran untuk operasional 53 miliar. Dan untuk tahun 2016 ini, BRT mendapat anggaran 73 miliar. Dengan anggaran itu, pihaknya belum bisa optimal dalam melayani masyarakat.
Menanggapi itu, Ngargono, ketua LP2K (Lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen) Semarang mengatakan, kenaikan tarif BRT hampir 100 persen terlalu tinggi, karena BRT mendapat subsidi dari pemerintah. apalagi selama 2016 ini ada momentum turun harga BBM sebanyak 2 kali.
Karena itu, menurut Ngargono Pemkot Semarang perlu memanggil pengelola BRT dan melakukan audit menyeluruh terhadap keuangan pengelolaan BRT untuk mengetahui kondisi sebenarnya. Ini diperlukan untuk menentukan besaran subsidi yang dibutuhkan sehingga tidak perlu menaikkan tarif BRT. Karena menurut Ngargono, jika tarif BRT naik dan tarifnya terlalu mahal, maka akan mengurangi minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum dan akan kembali menggunakan kendaraan pribadi.
Saat ini, tarif penumpang BRT Rp 3.500 untuk umum dan Rp 1.000 bagi pelajar. Jumlah penumpang hingga triwulan pertama tahun ini sebanyak 1,9 juta orang. Untuk jumlah penumpang tahun ini diasumsikan meningkat sekitar 12 persen dari tahun 2015. Jumlah tersebut menunjukkan BRT sangat dibutuhkan dan diminati masyarakat. (Doni Asyhar)