Semarang, Idola 92.6 FM – Anggota Komisi 7 DPR dari Fraksi Golkar Satya Widya Yudha mengungkapkan saat ini total kapasitas pembangkit listrik yang sudah terpasang mencapai 53.535 MW. Konsumsi listrik sebanyak 199 TWH, sementara produksi sebanyak 228 TWH.
“Kita melihat kondisi kelistrikan, produksi lebih tinggi dibanding konsumsi. Namun karena jarak antar daerah yang tidak terlalu jauh, kondisi listrik belum begitu aman,” tandasnya dalam Panggung Civil Society Radio Idola, Senin (13/6) menyoroti ancaman krisis listrik daerah-daerah.
Satya mengungkapkan, kalau dilihat dari seberapa besar rakyat Indonesia menikmati listrik atau rasio elektrivikasi secara nasional jumlahnya sebesar 86,39 persen. Jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga Indonesia masih tertinggal, artinya tidak semua warga teraliri listrik dengan baik.
Ungkap Satya, Pemerintah dan Komisi 7 DPR menyepakati untuk mengejar target elektrivikasi di angka 97 persen untuk lima tahun ke depan. Jika saat ini sekitar 89-87 persen pada tahun 2015-2016, maka diproyeksi meningkat 91,3 sampai terus sehingga 2019 bisa 97,4 persen.
Satya melanjutkan, ancaman listrik di Indonesia memang di depan mata. Ia mencontohkan, jika pertumbuhan ekonomi 5,1 persen maka kebutuhan listrik pertahun naikn 7,65 persen.
“Jika naiknya 7,65 persen maka kebutuhan listrik per tahun sekitar 6.000 mega watt sehingga harus ada tambahan,” terangnya.
Krisis listrik menjadi ancaman bagi Indonesia di tengah upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sedang lesu. Untuk itu, semua pihak terutama pemangku kebijakan sudah sepatutnya mendukung target pemerintah yang akan membangun pembangkit berkapasitas 35 ribu mega watt.
Perkembangan industri, baik industri besar atau kecil dan perumahan masyarakat begitu cepat dan mesti didukung dengan listrik yang memadai.
Jika tidak diantisipasi dengan penambahan pasokan listrik, seperti yang dikhawatirkan Presiden Joko Widodo, investor akan kabur, dan rumah-rumah rakyat akan gelap gulita. (Heri CS/Diaz Abidin)