Semarang, IdolaFM – Dinas Kesehatan Jawa Tengah bersama dengan tim mentor tim pendamping Audit Maternal Perinatal (AMP) dan Tim Koordinasi Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Jateng mengoptimalkan tentang akselerasi penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengatakan, sampai saat ini, angka kematian ibu melahirkan sekira 85 persen terjadi di rumah sakit.
Menurut Yulianto, walau terjadinya kematian ibu melahirkan di rumah sakit bukan berarti pelayanan dan tingkat kesigapan perawat serta dokter di Jawa Tengah diragukan. Sebab bisa jadi disebabkan si ibu hamil sudah terindikasi risiko rawan.
“Selain itu, selama mengandung jarang memeriksakan ke dokter atau bidan desa,” kata Yulianto kepada Radio Idola 92.6 FM Semarang beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, dari data yang sudah ada selama ini sepertiga ibu hamil mengalami sejumlah penyakit mematikan. Di antaranya karena penyakit anemia kronis dan penyakit jantung.
“Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan. Yakni, melalui program expanding maternal and neonatal survival (EMAS),” ujarnya.
Dinkes Jateng melalui dukungan program EMAS Jawa Tengah menunjuk 15 rumah sakit, 19 puskesmas dan lima Dinas Kesehatan kabupaten / kota sebagai tim mentor dan 26 dokter spesialis sebagai tim pendamping AMP. Namun demikian menurut Yulianto, pihaknya menyarankan kepada ibu hamil agar melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai dan memenuhi syarat.
Yulianto menjelaskan, pada tahun ini upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir akan diintegrasikan, disinergikan dan berkelanjutan. Nantinya, akan ada enam kabupaten yang melaksanakan replikasi kebijakan itu, yakni Kabupaten Pati, Pemalang, Batang, Kendal, Banjarnegara, dan Kudus.
“Replikasi itu berdasarkan praktik program EMAS di tujuh kabupaten/kota di jateng yang dianggap berhasil,” tandasnya. (Budi Aris / Heri CS)